RUANGPOLITIK.COM – Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin memprediksi kemungkinan ada agenda dan keinginan memperpanjang masa jabatan presiden Jokowi.
Hal itu bisa terjadi karena hasil survei tentang kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sangat tinggi.
Dari hasil Survei Litbang Kompas pada akhir Januari 2022 menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin mencapai 73,9 persen.
Angka ini meningkat dari 66,4 persen dibandingkan survei serupa pada Oktober 2021.
Capaian angka tersebut bahkan tertinggi selama survei-survei sejenis dilakukan sejak Januari 2015 atau di awal masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Berita Terkait:
Ridwan Kamil: Kinerja Politik Lebih Jitu dari Hasil Survey
Hasil Riset, Prabowo dan Sandiaga Pembantu Presiden dengan Kinerja Terbaik
Survey CSIIS. Waketum PKB: Lembaga Ecek-ecek, Minim Data
Hasil Riset, Prabowo dan Sandiaga Pembantu Presiden dengan Kinerja Terbaik
“Ya. Kemungkinan atau Kelihatannya ada agenda dan keinginan memperpanjang masa jabatan presiden,” kata Ujang, kepada RuPol, Rabu (23/2/2022).
Namun, Ia menyebut, ada kesan survei Libang Kompas tersebut sengaja ditinggikan. Tujuannya, agar masyarakat tetap bersimpati dengan Presiden Jokowi.
Ujang menambahkan, hasil survei ini cukup mengherankan, sementara banyak peristiwa yang menyusahkan masyarakat akhir-akhir ini, seperti kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng serta mahalnya harga kacang kedelai yang menjadi kebutuhan masyarakat.
“Surveinya ditinggikan, agar seolah-seolah rakyat percaya pada pemerintahan Jokowi. Siapapun akan kaget dengan tingginya kepuasan publik tersebut. Padahal di bawah banyak rakyat yang susah dan kecewa,” ujarnya.
Baca Juga:
Trust Indonesia: Prabowo-Anies Tumbangkan Semua Pasangan Lain
Golkar Ungguli PDIP Dalam Hal Popularitas Pada Survey Trust Indonesia
Sebab, menurut Ujang banyak faktor yang seharunya menyebabkan tingkat kepuasan rendah yakni masih tingginya harga beberapa bahan pokok, seperti kedelai, minyak goreng dan terakhir mulai tingging harga daging sapi.
“Banyak masyarakat mulai kecewa karena harga bahan pokok belum turun,” imbuh Ujang. (AFI)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)