RUANGPOLITIK.COM – Gubernur Jawa Barat merasa terkejut dengan hasil survey, yang menempatkan dirinya di posisi kedua calon wakil presiden (cawapres) pilihan masyarakat dalam survey Indikator.
Namun dirinya mengatakan kinerja politik yang dilakukan, biasanya bisa lebih jitu dari hasil survey berdasarkan pengalamannya mengikuti dua kali pilkada.
Nama Ridwan Kamil menjadi salah satu favorit cawapres dalam survey yang dirilis oleh lembaga Indikator Politik Indonesia beberapa waktu lalu. Namanya bersaing dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. kemudian disusul pada posisi ketiga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudoyono.
“Jujur saja saya kaget berada di urutan kedua di bawah Bang Sandi Uno yang pernah jadi cawapres pada Pemilu 2019. Saya sangat apresiasi pilihan masyarakat ini,” ujarnya kepada wartawan di Bandung, Selasa (11/1/2022).
Ridwan Kamil yang biasa disapa kang Emil itu mengaku, tidak ingin terlalu memikirkan hasil survey tersebut, karena dirinya masih punya tanggung jawab yang besar sebagai Gubernur Jawa Barat.
“Saya tidak ingin semua itu mengaburkan fokus saya dalam menjalankan tugas sebagai Gubernur Jawa Barat,” lanjutnya.
Baca juga:
Ridwan Kamil Putuskan Masuk Partai Politik Tahun Depan
Mantan Walikota Bandung itu juga menyebutkan, hasil survey adalah sesuatu yang penting untuk dijadikan patokan, tapi untuk memenangi suatu konstetasi, kinerja politik jauh lebih menentukan.
“Ada kinerja politik yang tidak terpantau oleh suvey. Saya waktu maju menjadi Walikota Bandung sama Mang Oded, hasil survey kami cuma 6 persen awalnya. Tapi di akhir kami meraih suara 45 persen,” tuturnya.
Begitu juga dengan pengalaman Kang Kamil mengikuti Pilkada Jawa Barat, kinerja politik juga terlihat sangat dominan.
“Pada waktu Pilkada Jawa Barat. Salah satu pasangan, pesaing saya itu dari hasil survey hanya 12 persen, tapi setelah penghitungan selesai ternyata suaranya mencapai 29 persen,” ujarnya lagi.
Menurutnya, kinerja politik itu sangat penting dan itu merupakan kerja partai politik pengusung, timses dan faktaor-faktor lain yang tidak terbaca oleh survey.
“Ada kerja-kerja politik yang tidak terbaca oleh survey. Jadi sebenarnya survey itu lebih relevan jika sudah ditentukan siapa pasangan dan partai pengusung,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)