RUANGPOLITIK.COM,-Sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta, setiap langkah dan kiprah Anies Baswedan selalu menjadi sorotan dan perdebatan banyak pihak.
Pada awalnya perdebatan tentang Anies hanya berkisar tentang potensi tergerusnya demokrasi dan terpinggirkannya kelompok minoritas, mengingat pada konstetasi Pilkada Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu diwarnai dengan politik identitas yang sangat kental.
Tidak bisa dibuktikan juga politik identitas itu dihembuskan oleh kubu Anies-Sandi, namun sebagai pemenang dalam konstetasi tersebut, Anies disebut paling mendapatkan keuntungan dari kondisi itu.
Hal itulah yang menjadikan posisi kursi yang diduduki Anies selalu mendapatkan goyangan, karena berhembusnya kekuatiran dari kelompok minoritas yang akan semakin terpinggirkan, bahkan muncul isu-isu Anies akan menjadikan Ibu Kota Negara ini sebagai kota yang bersyariah.
Namun memasuki empat tahun kepemimpinan Anies di Jakarta, isu-isu intoleransi semakin jauh, karena tidak terbukti semua kekuatiran tersebut.
Baca juga:
Dr. Ir. HM. Lukman Edy, M.Si; Setelah Politik, Kini Lakoni Cita-cita Masa Kecil
Dr. Tb. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si, Kiprah Santri di Kancah Politik Nasional
John Kenedy Azis: Pak Airlangga Sibuk Kerja, Tidak Sempat Pencitraan
Kemudian muncul-muncul serangan-serangan, seperti korupsi, suap dan bocornya anggaran, seperti maraknya kasus Lem Aica Aibon, gratifikasi rumah mewah, rumah DP 0 persen, yang kemudian seiring waktu juga menguap dengan sendirinya, walau sempat diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi Anies dengan elegannya malah menjadikan itu sebagai senjata menyerang balik.
Termasuk dengan adanya dugaan penyimpangan dana Formula E yang akhir-akhir ini juga masuk dalam radar KPK.
Seperti mendapatkan energi super tambahan, para pembenci Anies mulai melakukan serangan membabi buta, seakan-akan semua kasus yang sudah masuk radar KPK itu sudah dipastikan korupsi. Namun sekali lagi, dengan cara dan gaya yang elegan, Anies menepis semua itu bahkan tanpa menggunakan mulutnya sendiri.
Anies mengundang Co-founder Formula E, Alberto Longo untuk datang ke Jakarta guna memantau persiapan ajang balap mobil listrik tersebut. Melalui mulut Alberto Longo, semua dugaan adanya kongkalingkong setoran dana Formula E itu langsung dijawab, tanpa Anies susah payah menjelaskan ke KPK.
Langkah brilian Anies lagi, dengan mengajak Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk ikut kerjasama menyukseskan ajang tersebut, bahkan Anies menunjuk Sekjen IMI, Ahmad Sahroni sebagai ketua pelaksana dan Ketua Umum IMI, Bambang Soesatyo sebagai ketua pengarah.
Penunjukan dua nama besar itu, benar-benar menjadikan Anies mendapatkan benteng penjaga yang kuat.
Ahmad Sahroni, pemuda asal Priok yang dikenal pemberani dan memiliki banyak pendukung, serta petinggi partai Nasdem.
Sedangkan Bambang Soesatyo, siapa yang tidak kenal sosok yang dipanggil Bamsoet tersebut. Jabatan resmi merupakan Ketua MPR RI, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Wakil Ketua Umum Ormas Pemuda Pancasila yang memiliki jutaan anggota.
Saat ini kedua tokoh tersebut menjadi sekondan Anies, minimal dalam melaksanakan Formula E, yang saat ini dijadikan bahan bagi para pembenci dan pembully dirinya.
Yang semakin membuat Anies menjadi diatas angin, kedua orang tersebut merupakan orang-orang dekat juga dengan Presiden Jokowi.***
Penulis adalah Pimpinan Redaksi RuangPolitik.Com
(RuPol)