RUANGPOLITIK.COM-Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan perbedaan pilihan politik wajar di masa Pemilu 2024 mendatang. Akan tetapi, dia berharap konflik yang ada nanti tidak sampai menghancurkan.
Mendagri Tito berkaca pada Pemilu 20219 yang menimbulkan konflik dan polarisasi di masyarakat yang memiliki perbedaan pilihan politik. Menurutnya, pengalaman itu harus dijadikan pelajaran bagi semua pihak. Termasuk pemerintah dan penyelenggara pemilu.
“Konfliknya yang penting tidak menghancurkan, tapi konfliknya perlu di-manage sedemikian rupa,” ujar Tito dalam rapat dengar pendapat di Komisi II DPR, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, masa kampanye Pemilu 2019 yang terlalu lama menyebabkan politik identitas serta suku, agama, ras, dan antargolongan yang rawan menciptakan konflik muncul di tengah masyarakat.
Dia mengatakan bahwa Pemilu 2024 perlu terlaksana dengan lancar serta aman bagi masyarakat.
“Kedua adalah aman. Aman ini dalam arti aman buat rakyat. Kemudian rakyat kita belajar di 2019 di mana masa kampanye hampir 7 bulan kita lihat ada politik identitas, politik SARA yang keluar. Itu rawan,” kata Tito.
Berita Terkait:
DPR: Pelantikan Anggota KPU-Bawaslu Akhiri Polemik Tunda Pemilu 2024
KPU Sebut Ada 75 Parpol yang bisa Daftar Pemilu di 2024
Baru Dilantik, KPU Tancap Gas Bahas Persiapan dan Penentuan Anggaran Pemilu dengan DPR Besok
Taat Konstitusi dan Konsisten, KPU Siap Gelar Pemilu 2024
Selain aman bagi rakyat, Tito juga mengingatkan Pemilu 2024 harus aman bagi para penyelenggara. Berkaca dari banyaknya petugas pemilu yang wafat pada Pemilu 2019 lalu.
Dia mengingatkan Pemilu 2024 juga harus aman bagi peserta pemilu dari tingkat nasional hingga kabupaten atau kota, serta aman bagi aparat yang bertugas menjaga keamanan. Prinsip pemilu yang aman dan lancar tersebut dapat dipertimbangkan oleh KPU dalam menyusun jadwal, tahapan, dan program Pemilu 2024.(AP)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)