RUANGPOLITIK.COM – Mencuatnya nama Anies Baswedan sebagai kandidat kuat dalam peta Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang membuat popularitasnya kian melesat.
Dalam keterangan persnya Anies mengaku jika kursi RI-1 pernah ditawarkan padanya saat ajang Pilpres 2019 silam, namun ia menolak. Anies menyampaikan kepada wartawan di Balai Kota DKI pada Jumat (7/10) lalu.
“Ada dua kali permintaan untuk menjadi capres, saya bilang tidak bersedia. Yang ini nggak pernah saya ceritakan, baru ke teman-teman saya ceritakan,” kata Anies Baswedan.
Alasan menolak karena ia fokus ingin menjalankan tugas memimpin DKI Jakarta selama lima tahun.
Pernyataan Anies ini menjadi blunder karena beberapa partai besar menyatakan tak pernah memberikan penawaran itu kepadanya.
Hal ini seperti disampaikan oleh Ketua DPP PPP Achmad Baidowi kepada wartawan, bahwa PPP hanya memberikan dukungan kepada Jokowi di periode kedua.
“Sebagai anggota koalisi saat itu PPP memilih mendukung Pak Jokowi karena masih ada satu kesempatan untuk maju pilpres,” ucapnya.
Sementara itu Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera menyatakan jika di Pemilu 2019 partai PKS tidak cukup ambang batas untuk mencalonkan seorang calon Presiden.
Dia menyatakan jika PKS tidak pernah memberikan penawaran itu kepada Anies. Karena PKS hanya memiliki 40 kursi dan juga tidak pernah menawarkan posisi itu.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengaku partainya mendukung Prabowo Subianto sebagai capres saat Pemilu 2014 dan 2019 lalu. Viva mengatakan PAN juga tak pernah menawarkan Anies sebagai capres.
“PAN di Pilpres 2014 dan 2019 mendukung Pak Prabowo sebagai Capres karena Mas Anies tidak nyalon di Pilpres 2019, ya tidak ditawarkan,” jelasnya.
Saat Pilpres 2019 lalu dilakukan penjaringan kandidat potensial siapa yang akan diusung, meski dalam penjajakan nama Anies masuk dalam bursa penjaringan.
Saat itu Anies menyatakan lebih fokus mempersiapkan diri untuk kursi Gubernur DKI Jakarta. Sehingga penjaringan akhirnya hanya ada dua figur yakni Jokowi dan Prabowo.
Meski demikian Viva Yoga Mauladi tak menampik jika peta politik di DKI Jakarta menjadi barometer politik, mengingat langkah Jokowi yang menang selama dua periode sebagai Presiden setelah sebelumnya mengisi jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Dalam ajang kontestasi politik kali ini, popularitas Anies kian melambung. Anies dianggap mampu memenuhi aspirasi publik menjadi kandidat ideal untuk masuk dalam bursa panas Pilpres mendatang.
Menurutnya, langkah Anies ini tak mudah, mengingat basis massa pendukung Prabowo yang masih cukup tinggi terutama saat ia memenangkan Pilkada DKI pada pemilihan lalu. Dan jika Prabowo masih ikut dalam kompetisi kali ini sudah dipastikan suara mayoritas yang mengusung Anies di Pilkada DKI lalu akan terpecah.
Menjelang Pilpres 2024 dukungan kepada Anies kian deras terutama dari beberapa wilayah yang sudah memberikan deklarasi menyatakan mendukung Anies Baswedan menjadi Capres, meski belum mendapat persetujuan dari DPP. (Ivo)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)