RUANGPOLITIK.COM-Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menganalisa perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 usai pecah kongsi.
Untuk diketahui bahwa mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah membentuk Partai Gelora bersama pendukung Anis Matta yang sebelumnya tergabung dalam PKS.
Pengamat politik tersebut menilai bahwa keberadaan PKS tetap diperhitungkan karena partai tersebut memiliki jaringan pemilih PKS yang sangat sistematis, sehingga tidak mudah terpecah.
Dia mengatakan bahwa PKS punya sistem jejaring pemilih sendiri yang terkelola melalui kegiatan rutin di antaranya kajian dalam komunitas-komunitas kecil.
Berita Terkait:
PKS Berhadapan dengan Ipar Jokowi di MK
Elite Golkar: Pintu Masuk KIB Masih Terbuka Lebar untuk PKS
Gugat Presidential Threshold ke MK, PKS Ajukan Turun 7-9 Persen
NasDem Buka Peluang Koalisi Bersama PKS dan Demokrat
“Itulah yang membuat PKS seringkali tidak terdeteksi oleh survei karena sistem pemilihnya yang tetap dan terpantau. Saat ini, hanya PKS yang menggunakan cara itu,” ujar Dedi, Rabu, (13/7/2022).
Jika ada sejumlah suara yang bergeser ke Partai Gelora, Dedi menambahkan, itu dipastikan hanya di tataran elite, baik di pusat hingga ke ranting.
“Namun data survei menyebut tidak signifikan, dengan itu PKS akan tetap stabil dalam hadapi Pemilu 2024,” ungkapnya.
Dia memperkirakan bahwa sejauh ini suara pemilih PKS masih kondusif. Walaupun elektabilitas Partai Gelora juga meningkat, tetapi bahwa belum terlihat bahwa hal tersebut bagian dari hilangnya suara PKS.
Editor: Zulfa Simatur
(RuPol)