RUANGPOLITIK.COM-Center of Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) menurunkan tim pemantau haji 2022 di Mekah dan Madinah.
“Setidaknya ada empat hal yang menjadi konsentrasi pemantauan. Empat hal itu adalah transportasi, akomodasi, konsumsi dan perilaku jemaah haji Indonesia di dua kota suci tersebut,” tutur Direktur Eksekutif CSIIS Sholeh Basyari melaui pesan singkatnya kepada RuPol, Sabtu (18/6/2022).
Secara umum, imbuh Sholeh, layanan transportasi dari semua Embarkasi haji di tanah air, tepat waktu. Demikian halnya dengan layanan transportasi dari bandara di Saudi menuju kota Mekkah dan Madinah, berlangsung baik dan lancar.
Berita Terkait:
Info Haji: 17.983 Jamaah Indonesia Sudah Tiba di Madinah
Media Asing Soroti Jemaah Haji Asal Indonesia Setelah Pandemi Covid-19
Jokowi Naikkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Dana Operasional Haji 2022 Kurang, DPR Tegaskan Tidak Dibebankan Ke Jemaah
“Meski beberapa pernak-pernik kecil muncul, semisal seperti di kota Jeddah, jemaah tidak bisa segera memakai pakaian ihram. Hal ini disebabkan tidak ada ruang khusus di bandara yg difungsikan sebagai musola. Beda dengan bandara-bandara di Indonesia yg memiliki fasilitas khusus yang diperuntukkan sebagai musola.,” ungkapnya.
Selain itu, Sholeh juga menjelaskan umumnya armada bus yang dipesan dari perusahaan Abu Sarwat, rata-rata adalah armada baru.
“Pergeseran jemaah haji dari Madinah ke Mekkah juga berlangsung lancar. Bus-bus besar dengan formasi kursi dua dua plus AC sejuk, membantu jemaah mempercepat recovery di tengah cuaca panas di dua kota suci tersebut. Begitu turun dari bus, jemaah hanya butuh waktu lima menit untuk reservasi. Sambil nunggu reversasi jemaah secara bergiliran mendapat air ZAM ZAM, aneka buah dan kurma.
Hal ini terbantu dengan tenaga dan petugas haji yang sigap. Hampir 35% petugas haji cakap berbahasa Arab. Bus juga dilengkapi dengan audio dan speaker sehingga memudahkan kepala rombongan (Karom), mengkonsolidasikan jemaah.,” terang Sholeh.
Secara umum, kata Sholeh, konsumsi yang disajikan tidak beda dg di Indonesia. Makanan khas Indonesia secara bergiliran disajikan dengan bergantian dari Senin hingga Minggu.
Makanan terdiri dari Nasi,sayur,buah dan daging dengan porsi ideal.
“Meski demikian ada sejumlah dengan kebutuhan khusus; usia rentan dan penyakit bawaan, yang terkadang kesulitan untuk mendapatkan makanan yg cocok.,” imbuhnya.,
Sholeh juga mengkritisi, perihal sejumlah jemaah kurang familiar dengan fasilitas kunci pintu dan teknik menghidupkan alat pendingin ruangan (AC).
“Beberapa jemaah bingung sebab kunci kamar tertinggal di kamar dan otomatis kamar ga bisa dibuka.,” tukasnya.
Sholeh memuji terkait perilaku jemaah haji. Jemaah kita lebih tertib dan lebih “syar’i”.
“Disebut lebih syar’i sebagai anjuran Qur’an PD nabi Ibrahim agar Ka’bah selalu dibersihkan untuk orang-orang yangg thowaf, i’tikaf dan sholat, begitu dihayati oleh jemaah haji Indonesia. Jemaah haji kita,selalu melepas alas kaki begitu memasuki pelataran masjid, sementara jemaah haji yg lain seenaknya bersandal bahkan ketika thowaf dan sya’i,” paparnya.
Selain itu, sholeh juga menceritakan adanya peristiwa lucu dari jamaah haji, dimana ketika sedang thowaf membawa wayang, yang akhirnya d’itangkap’asykar.
“Juga, kerja-kerja bimas Islam harus lebih maksimal sebab masih banyak jemaah yang kurang paham praktek sebelum, ketika hingga pasca thowaf.
Sejumlah jemaah harus membayar dam (denda) akibat Alpa mandi keramas dengan memakai sabun dan shampo.Padahal itu pelanggaran ketika tengah ihram,” Pungkasnya. (ASY)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)