RUANGPOLITIK.COM – Ketegangan antara PBNU dengan PKB terjadi, setelah safari politik Muhaimin Iskandar ke kalangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama beberapa waktu lalu.
Safari politik yang bertujuan meminta dukungan untuk pencapresan tersebut, memantik kegeraman karena menarik NU ke politik praktis.
Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai, Elit PKB tidak mendukung semangat kembali ke khitah NU, versi KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
“Saya justru menganggap kalangan elit PKB (Muhaimin), tidak memahami “posisi” NU yang berada pada banyak partai namun tidak terikat dengan partai politik manapun. Itu tidak dipahami dengan khatam oleh elit PKB sekarang ini,” kata Ari, kepada RuPol, Jumat (28/01/2022).
Lebih lanjut, Ari mengatakan, Politisasi PKB terhadap PCNU di Sidoarjo dan Banyuwangi sangat bertentangan dengan semangat yg diusung Gus Yahya.
Elit PKB, kata Ari, harus paham bahwa PBNU yang sejak 1986 telah mengikrarkan untuk berdiri di atas semua golongan dan tidak terlibat dengan politik praktis telah terang waktu Muktamar NU kemarin di Bandar Lampung.
Baca juga:
Survey Jeblok di NU. Muhaimin: Saya Bikin Survey Sendiri
Wasekjen PBNU Tegur Cak Imin, Karena Kerdilkan Posisi NU
“Harusnya elit PKB punya kepercayaan diri untuk bisa menjual Cak Imin tanpa endorse PBNU,” ujar Ari lebih lanjut.
Sebagai ketua umum partai yang telah bertahan selama lebih 15 tahun, harusnya jaringan Muhaimin telah mengakar dalam ke akar rumput.
“Sebenarnya tanpa NU, Cak Imin bisa berjuang bersama PKB saja. Kita tahu Cak Imin salah seorang ketum parpol paling lama di Indonesia,” lanjut Ari.
Sebelumnya Muhaimin mendapatkan teguran dari PBNU, saat berkunjung ke PCNU Banyuwangi, Rabu malam (19/1/2022).
Pada kesempatan tersebut Muhaimin Iskandar mengaku mendapat dukungan dari para Gus se-Jawa Timur untuk maju dalam Pilpres 2024.
Imbas dukung-mendukung itu, dua ketua cabang NU, Banyuwangi dan Sidoarjo, dipanggil Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. (AFI)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)