Efriza | Dosen Ilmu Pemerintahan di berbagai Kampus dan Owner Penerbitan
RUANGPOLITIK.COM –PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya resmi memecat kadernya Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya disertai dengan 24 nama kader-kader lain yang dianggap melanggar aturan kepartaian PDIP pada saat di Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak Nasional 2024 dan juga di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Pasca Jokowi dan keluarga dipecat oleh PDIP, disinyalir situasi gejolak politik dan resistensi politik akan terjadi terus menerus meski tidak setiap waktu. Utamanya hubungan Jokowi dan Hasto Kristiyanto sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP akan memasuki kondisi suasana panas.
Hubungan Hasto dan Jokowi Semakin Memanas
Ditenggarai Hasto dan Jokowi tidak akan benar-benar sama-sama diam. Disinyalir pemecatan Jokowi tentu saja membawa hubungan keduanya semakin rentan dan akan terus merenggak. Memungkinkan bukan Jokowi yang akan menyerang langsung Hasto, tetapi ada oknum yang turut ikut campur mencoba menggunakan situasi tersebut untuk memanaskan kondisi politik, seperti mengadu domba antara Hasto dan Jokowi.
Serangan terhadap Jokowi diyakini akan semakin keras disuarakan oleh Hasto, jika ada Hasto secara personal terganggu. Sebaliknya, setiap Hasto mengumbar perilaku buruk Jokowi dan Keluarganya maka rekam jejak diri Hasto semakin negatif di publik, seperti usai Hasto podcast dengan Felicia Tissue mantan kekasihnya Kaesang Pangarep anak bungsunya Jokowi maka kehebohan hadir berita Hasto di jagat media sosial dengan beredarnya foto cipika cipiki Sekjen PDIP ini dengan seorang perempuan.
Situasi panas Hasto dan Jokowi ditenggarai akan membuat PDIP berada dalam pusaran konflik tersebut. PDIP sebagai organisasi tidaklah sepenuhnya bermasalah, tetapi serangan terhadap Hasto juga mengarah kepada pembentukan persepsi publik negatif terhadap PDIP, jadi PDIP terkena imbas negatif dari Hasto adalah ia adalah Sekjen PDIP.
Sedangkan gerak langkah politik PDIP dengan melakukan pemecatan Jokowi dan Keluarganya, tidaklah ada hubungannya dengan Hasto. Tetapi ini soal organisasi yang aturan hukumnya ditegakkan secara tegak lurus tanpa pandang pilih terhadap kadernya yang berperilaku negatif tidak sesuai nilai moral yang dianut oleh partai politik tersebut.
Hanya saja diyakini publik akan terus dipertontonkan rekam jejak Hasto yang akan terus negatif, dimainkan oleh oknum yang bisa saja ada pesanan, bisa juga memang oknum tersebut ingin memanaskan situasi politik Jokowi dan Hasto terus menerus.
PDIP dan Jokowi
PDIP benar menerapkan aturan kepartaian dengan memecat Jokowi dan Keluarganya maupun 24 kader-kadernya yang mbalelo keputusan partai. Meski langkah PDIP memecat Jokowi dan keluarganya merupakan keputusan politik yang basi, bahkan akibat terlalu berlarut-larut sehingga banyak pula kadernya yang mbalelo keputusan dari PDIP disinyalir ini terjadi karena tindakan tegas terhadap Jokowi dan keluarganya begitu lama sekitar satu tahun lebih.
Jokowi dan keluarganya juga sebenarnya tidak lagi mempedulikan PDIP. Ini ditunjukkan dengan tetap diusungnya Gibran sebagai calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Prabowo Subianto, yang mana pasangan ini akhirnya menjadi Presiden dan Wakil Presiden di periode ini tahun 2024 sampai 2029. Bahkan, Bobby Nasution sudah memilih bergabung bersama Partai Gerindra dan terpilih sebagai Gubernur di Provinsi Sumatra Utara.
Hanya saja PDIP melakukan pemecatan terhadap Jokowi dan keluarganya karena kebutuhan partai ini seperti: pertama, memberikan informasi kepada publik bahwa Jokowi dan keluarga maupun kader-kader lainnya sudah dipecat karena bermasalah.
Kedua, dilakukan untuk menindak tegas kader-kader PDIP yang ditenggarai terpengaruh oleh sikap Jokowi dan keluarga dengan mbalelo dari keputusan partainya. Ketiga, untuk memberikan peringatan terhadap kader-kadernya agar tidak ada lagi yang mbalelol. Keempat, PDIP disinyalir menginginkan mantan Presiden Jokowi pengaruhnya melemah terhadap Presiden Prabowo, sehingga PDIP memungkinkan bermesraan dengan Presiden Prabowo dan akhirnya bergabung dalam pemerintahan.
Pasca Jokowi dan Keluarganya mbalelo saat di Pilpres, sebenarnya ditenggarai hubungan PDIP dan Jokowi sudah sama-sama saling tidak membutuhkan. Hanya saja, PDIP dan Jokowi masih sama-sama menunjukkan lakon harmonis di pemerintahan, karena Jokowi adalah Presiden yang berasal dari PDIP, meski begitu dalam posisi politik PDIP dan Jokowi sama-sama tidak saling membutuhkan kembali utamanya pasca pencalonan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (*)