Presiden dua periode itu menuturkan, ekspor beras dipersilahkannya untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras negara lain yang membutuhkan dan bisa diambil dari program food estate ini.
RUANGPOLITIK.COM —Program food estate yang dikritik PDI Perjuangan, dijawab Presiden Joko Widodo usai menghadiri acara Hari Konstitusi ke-78 RI, Gedung Nusantara IV, Komplek Parlemen, Senayan, Jumat (18/8).
Jokowi menuturkan program food estate tersebut merupakan upaya pemerintah untuk membangun lumbung pangan dalam rangka mengantisipasi krisis pangan yang terjadi Indonesia.
“Hati-hati semua kawasan, semua negara, semua kawasan sekarang ini menghadapi yang namanya krisis pangan. Wheat, gandum, problem di semua negara. Yang makan gandum sekarang ini, masalah sekarang ini, problem. Harga juga naik drastis,” kata Jokowi.
Selain itu, adanya food estate ini diharapkan bisa memaksimalkan produksi beras di Indonesia, lantaran saat ini Indonesia kalah dengan beberapa negara di Asia soal produksi beras.
“Setelah India, stop gak ekspor lagi, semua yang makan beras semuanya ini masalah. Harga naik sehingga yang namanya lumbung pangan, food estate itu harus. Itu cadangan, baik cadangan strategis maupun nanti kalau melimpah betul,” paparnya.
Presiden dua periode itu menuturkan, ekspor beras dipersilahkannya untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras negara lain yang membutuhkan dan bisa diambil dari program food estate ini.
Namun, Jokowi mengakui bahwa pembangunan food estate ini tidak seperti yang diharapkan, sebab tidaklah mudah.
“Enggak apa-apa untuk ekspor, karena negara lain membutuhkan, sehingga dalam rangka kesana kalau supaya tahu membangun food estate, membangun lumbung pangan itu tidak semudah yang Bapak/Ibu bayangkan,” katanya.
“Tanaman pertama biasanya gagal, menanam kedua masih paling-paling bisa berhasil 25 persen. Ketiga, baru biasanya keenam ketujuh itu baru pada kondisi normal,” jelasnya.
Sejumlah daerah disampaikan Jokowi, mengalami gagal panen dalam program food estate tersebut, lantaran adanya sejumlah masalah yang terjadi.
“Jadi tidak semudah yang kita bayangkan. Kita bangun di Humbang Hasundutan, tiga kali itu baru bisa. Agak lebih baik. Belum baik. Agak lebih baik. Problem-problem di lapangan itu tidak seperti semudah yang kita bayangkan,” tegasnya.
“Jadi semuanya akan diperbaiki. Dan semuanya harus dievaluasi, dikoreksi, harus diulang. Kalau kita gak berani, baru gagal pertama sudah mundur, sampai kapanpun lupakan,” tutupnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)