RUANGPOLITIK.COM-BEM UI seharusnya perbanyak aksi teatrikal agar tidak jadi kuda penunggang liar yang ingin terjadi kericuhan dan memancing tindak kekerasan.
Peneliti Utama Pusat Riset Politik, Organisasi Riset Sosial Humaniora (ORSH) Syafuan Rozi Soebhan, SIP, M.Si, PAU menjelaskan aksi mahasiswa akan mudah ditunggangi oleh kepentingan kelompok lain jika masih menggunakan pola lama, dengan membuat kerumunan massa dan menyampaikan orasi.
Menurutnya para penunggang aksi akan mudah menyusup, membuat provokasi sehingga terjadi chaos.
Untuk menghindari penunggang aksi, mahasiswa generasi milenial seharusnya membuat aksi teatrikal seperti yang dilakukan demonstran di Korea Selatan. Dengan aksi teatrikal, penumpang gelap akan sulit memprovokasi.
Berita Terkait:
Unjuk rasa 11 April, Kapolri: Kawal dengan Humanis, dan Jaga Kesucian Bulan Ramadan
Istana Panik Menghadapi Kemungkinan Aksi 11 April Berlanjut
Jokowi Harap Rakyat Tidak Terprovokasi dengan Isu Tunda Pemilu
Demo Tolak Presiden 3 Periode Merebak
“Kita perlu belajar dari cara demo di Korea Selatan. Sebaiknya BEM juga berdemo dengan kreatif dan inovatif, dengan ekspresi seni, theater, bawa alat musik, sehingga demo merupakan bagian seni pertunjukan yg dapat dinikmati oleh rakyat. Bukan lempar batu, molotov, darah dan air mata
free rider susah masuk utk menggunting kain dalam lipatan”sarannya melalui pesan WA kepada RuPol, Senin 11/4/2022.
Menurut Rauzy, mahasiswa, sebagai selaku kelompok penekan dan pengawal reformasi adalah peran sejarah mahasiswa Indonesia dari waktu ke waktu. Namun dia berharap, aksi unjukrasa tidak harus berakhir rusuh dan menelan korban luka apalagi nyawa. Mahasiswa tidak perlu lagu jadi martir dalam sebuah gerakan moral.
“Cukuplah peristiwa tri sakti dan semanggi itu yg terakhir, jangan jadi martir lagi sedih kalau adik-adik mahasiswa terperosok dalam lubang yg sama, darah dan air mata akibat benturan horizontal.siapkan alat musik utk bergerak, rayakan dengan lagu dan teater ketika bedemo, gunakan kekuatan humor utk prostes, yg disindir tentu juga ngeri dan tahu diri ketika mahasiwa kita bergerak”harapnya
Rauzy optismistis aksi BEM akan berlangsung damai. Menurutnta sebagai penegak amanat reformasi, mahasiswa tentu menjadi garda penjaganya. Mahasiswa tetap menyuarakan jeritan rakyat seperti mahalnya minyak goreng. Sebuah anomali bagi Indonesia yangg banyak pabrik dan ladang sawitnya.
“Mahasiswa faksi reformis yang tergabung dalam BEM tentu cerdas membaca situasi Selama aksi disikapi tanpa kekeŕasan, unjuk rasa akan berjalan damai dan ini dilindungi konstitusi kita”ujarnya.
Agar gerakan moral tidak mudah ditunggangi, Rauzy juga menyarankan agar memperkuat dialog antara parapihak. Tokoh-tokoh mahasiswa dan juru bicara kepresidenan dan juru bicara parlemen bisa berdialog tentang tuntutan mahasiswa. Sehingga free rider pun bisa memahami.
Sebab, tidak mudah melakukan framing di era media digital sekarang ini dibanding 1998, saat informasi sangat terbatas.
“Tabayun dan dialog adalah kunci dalam meluruskan arah reformasi dan upaya damai utk membenahi dinamika politik san krisis pangan yg terjadi sekarang ini. Segera buat forum dialog yg melibatkan tokoh mahasiswa dan para pihak untuk membahas solusi yang menjadi keperihatinan bersama”tandasnya.(CA)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)