Ahmad Fanani menjelaskan bahwa pelaku melancarkan aksi bejatnya itu dengan mengiming-imingi korban berinisial S dengan diberi uang sebesar Rp2.000. Tak sampai disitu, pria berusia lanjut itu juga mengancam korban agar tidak buka mulut tentang perbuatannya itu.
RUANGPOLITIK.COM —Pihak kepolisian berhasil menangkap pelaku pencabulan seorang bocah di bawah umur di Cipayung, Jakarta Timur. Pria lansia yang tega melakukan aksi bejat tersebut berinisial SH alias UWAK berusia 68 tahun.
Dalam keterangannya, Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) Jakarta Timur, AKBP Ahmad Fanani mengatakan bahwa UWAK telah melancarkan aksinya terhadap seorang anak yang merupakan tetangganya itu sebanyak lima kali.
“Lima kali, lokasinya di gudang rumah pelaku,” kata AKBP Ahmad Fanani, dilansir Pikiran-Rakyat.com dari Tribrata News pada Sabtu, 17 Juni 2023.
Ahmad Fanani menjelaskan bahwa pelaku melancarkan aksi bejatnya itu dengan mengiming-imingi korban berinisial S dengan diberi uang sebesar Rp2.000. Tak sampai disitu, pria berusia lanjut itu juga mengancam korban agar tidak buka mulut tentang perbuatannya itu.
“Iming-iming uang Rp 2.000. Selesai melakukan perbuatan tindakannya, (pelaku) melakukan pengancaman terhadap korban,” jelasnya.
Akibat dari perbuatannya itu, pelaku pelecehan seksual tersebut terancam Pasal 76 juncto Pasal 81 atau 76B juncto Pasal 82 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman penjara selama 15 tahun.
Berkaca dari kasus pelecehan seksual terhadap anak tersebut, menurut laman resmi UNICEF, setidaknya ada 120 juta anak perempuan di bawah usia 20 tahun telah dipaksa melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami istri. Meskipun angka yang sebenarnya bisa lebih tinggi dari jumlah yang disebutkan.
Sekitar 90 persen gadis remaja yang melaporkan tindakan kekerasan seksual tersebut mengatakan bahwa pelaku tindak pelecehan tersebut merupakan orang yang mereka percaya seperti pasangan atau anggota keluarga.
Pelecehan anak tentu akan berakibat buruk bagi perkembangannya, terutama bagi kesehatan mental yang kemungkinan besar akan terus menghantui sang anak hingga tumbuh dewasa. Pasalnya, saat mengalami pelecehan tersebut korban belum memahami apa yang terjadi.
Bahkan trauma yang diberikan dari pengalaman buruk tersebut pun beragam, mulai dari gangguan stres pascatrauma atau biasa dikenal dengan istilah PTSD, depresi, bahkan rasa cemas yang berlebihan.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)