“Playing victim adalah kondisi yang terjadi saat seseorang merasa dirinya merupakan korban dari hal-hal buruk yang ia alami. Hal ini biasanya dipicu oleh banyak tekanan mental dan emosional.”
RUANGPOLITIK.COM – Setiap manusia tentu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda-beda. Akan tetapi, sikap dan perilaku tersebut bisa dilihat dari sisi negatif dan positif. Salah satu sikap dan perilaku yang cukup negatif adalah Playing victim.
Sayangnya, tak sedikit yang memiliki sifat tersebut. Sama seperti sikap dan perilaku menyimpang lainnya, orang-orang yang gemar melakukan playing victim adalah mereka yang mempunyai masalah dengan cara berpikirnya.
Tak hanya itu, masih banyak penyebab lain seseorang bersikap menyalahkan orang lain atas perbuatannya sendiri. Maka dari itu, apabila Anda adalah salah satu dari orang-orang tersebut, atau memiliki teman seperti itu, penting untuk mengetahui lebih jauh tentang playing victim. Untuk itu, simak penjelasan di bawah ini supaya Anda bisa menangani masalah tersebut dengan tepat ya.
“Playing victim adalah kondisi yang terjadi saat seseorang merasa dirinya merupakan korban dari hal-hal buruk yang ia alami. Hal ini biasanya dipicu oleh banyak tekanan mental dan emosional.”
Istilah playing victim adalah kondisi saat seseorang selalu merasa menjadi korban dalam situasi apapun. Hal ini bisa terjadi karena mentalitasnya atau ada orang lain yang ingin ia salahkan.
Kata playing victim muncul ketika seseorang merasa terdesak dengan tekanan yang signifikan. Alhasil, pola pikir ‘seolah korban’ ini muncul untuk membantu membentengi diri dari kesalahan yang mungkin ia lakukan.
Apa Arti Playing Victim?
Playing victim ketika seseorang merasa menderita akan suatu hal, meskipun bukti menunjukkan sebaliknya. Mereka juga merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada dirinya.
Playing victim adalah masalah kesehatan mental yang berdampak pada hubungan, pekerjaan, dan kesehatan. Pola pikirnya berkembang sebagai mekanisme penanganan pengalaman traumatis sebelumnya.
Padahal, ia tahu, kesalahan tersebut adalah kesalahan yang dilakukannya sendiri. Bahkan, orang tersebut bisa mengaku sebagai korban, lantaran hendak menghindari tanggung jawab sebagai pelaku.
Namun sebenarnya masih banyak alasan orang-orang tersebut melakukan hal itu, seperti hendak mencari perhatian, mengontrol pikiran dan perasaan orang lain, atau sebagai cara untuk menghindari situasi yang tidak disukainya.
Playing victim adalah perilaku yang toxic, dan bisa dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang. Mereka yang melakukan tindakan ini biasanya juga bertujuan untuk memperoleh belas kasihan orang lain.
Itulah mengapa mereka justru mengaku sebagai korban, meski kesalahan dilakukan oleh mereka sendiri. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa playing victim merupakan perilaku seseorang yang melimpahkan kesalahan kepada orang lain, padahal kesalahan tersebut merupakan perbuatan dia sendiri.
Nah, lalu apa saja tanda-tanda orang yang playing victim? Berikut jawabannya.
Playing victim biasanya terjadi pada beberapa kondisi:
Mengalami berbagai situasi di mana pengidap tidak memiliki kendali.
Memiliki rasa sakit emosional berkelanjutan yang mengarah pada ketidakberdayaan diri.
Mengalami pengkhianatan yang dilakukan oleh orang terdekat.
Playing victim atau ‘mentalitas sebagai korban’ biasanya muncul pada pengidap gangguan penggunaan alkohol atau narkoba. Di sini, pengidap merasa terjerumus karena orang lain atau lingkungannya.
Lantas, bagaimana cara mengatasi orang playing victim?
Ciri-ciri Orang Playing Victim
Terdapat beberapa ciri-ciri orang yang memiliki karakteristik playing victim, antara lain:
1. Tanda-tanda perilaku
Sering menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan.
Mengalami kesulitan mengambil tanggung jawab pribadi karena takut salah atau disalahkan.
Terlalu kritis terhadap diri sendiri atau orang lain.
Hanya bergaul dengan orang-orang sepemikiran.
2. Tanda-tanda mental dan kognitif
Melihat dunia tidak adil atau tidak aman bagi dirinya.
Distorsi kognitif, yaitu cara pikir yang cenderung tidak akurat atau merubah informasi sesuai dengan pemahaman subjektif.
Pola pikir yang merugikan atau pesimisme.
Merenungkan kesalahan dan rasa sakit dari masa lalu.
Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
3. Tanda-tanda emosional
Kecemasan.
Depresi.
Merasa tidak diperhatikan.
Rendah diri.
Merasakan kebencian orang lain.
Isolasi sosial.
4. Tanda-tanda hubungan
Kesulitan dengan keintiman dan kepercayaan.
Memiliki empati yang terbatas terhadap orang lain.
Kesulitan menerima kritik yang membangun.
5. Sabotase diri sendiri
Orang yang hidup dengan mentalitas playing victim mungkin akan melakukan sabotase diri dengan pemikiran:
“Segala sesuatu yang buruk hanya terjadi padaku.”
“Aku tidak bisa berbuat apapun, jadi, mengapa harus mencobanya?”
“Aku pantas menerima segala hal buruk yang menimpaku.”
“Tidak ada satupun orang yang peduli padaku.”
Sabotase jadi salah satu penyebab orang melakukan agresi. Selengkapnya baca dalam artikel ini: Agresi Adalah Bentuk Perilaku Agresif, Ini Faktanya.
Penyebab yang Mendasari
Ada beberapa penyebab yang menjadi pemicu karakteristik playing victim, antara lain:
1. Trauma masa lalu
Mentalitas sebagai korban seringkali berkembang sebagai respons terhadap kondisi yang sebenarnya. Hal ini bisa saja muncul sebagai metode untuk mengatasi trauma yang pernah terjadi di masa lalu.
2. Pengkhianatan
Pengkhianatan terhadap kepercayaan, terutama pengkhianatan yang berulang-ulang, juga dapat membuat orang merasa menjadi korban dan sulit mempercayai siapa pun.
3. Manipulasi
Beberapa orang berkarakteristik playing victim tampak senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan. Mereka juga akan menyerang dan membuat orang lain merasa bersalah, atau memanipulasi orang lain untuk mendapatkan simpati dan perhatian.
Nah, itulah tadi beberapa hal yang harus Anda pahami tentang Playing victim. Playing Victim memiliki dampak yang buruk, tak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain.
Bagi mereka yang kerap mendapat perlakukan tak adil dari pelaku playing victim tentu tak akan segan untuk menjauhi orang tersebut. Apalagi jika di pelaku memiliki sikap keras kepala dan tak mau bertanggung jawab sama sekali atas kesalahan yang diperbuat.
Jadi, playing victim adalah perilaku yang sama sekali perlu dihindari. Jangan sampai Anda terjebak dalam lingkaran korban yang ingin mendapat perhatian lebih dan simpati orang lain.
Padahal, masih banyak cara lain yang lebih positif untuk tetap mendapat perhatian dan simpati dari sesama.(BJP)
Berbagai Sumber
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)