RUANGPOLITIK.COM – Euforia pendaftaran capres-cawapres AMIN (Anies dan Cak Imin) ternyata ada kelesuan di dalam PKB. Sejumlah elit PKB dengan serius mencermati perkembangan fraksi PDIP dengan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Partai bikinan PBNU itu, kasak kusuk mengumpulkan data dan informasi lebih meyakinkan tentang sikap politik PDIP terhadap Jokowi dan juga sebaliknya, respon istana atas Megawati,” kata pengamat Dr Soleh Basyarai Direktur Eksekutif CSIIS.
Dia mengatakan, sejumlah hal bisa dihadirkan untuk memahami sikap galau PKB ini yang pertama dari awal, koalisi ini adalah perwujudan ‘kawin paksa’. Soleh mengatakan, disebut kawin paksa, sebab PKB yang berbasis NU mendoktrin kader-kadernya bahwa PKS adalah Ikhwanuna fi Dien, a’dauna fi siyasah, saudara sekeyakinan, lawan dalam politik.
“Kedua, selain faktor ‘ideologis’ tersebut, PKB men-track cara men-treatment Anies Baswedan pada wakilnya ketika menjabat gubernur DKI Jakarta. Saat itu, mundurnya Sandiaga Uno dari wakil gubernur dan digantikan oleh Reza Patria, sama-sama mengeluh minimnya peran dalam penyelenggaraan pemerintahan,” ungkapnya.
Yang ketiga dikatakan Soleh bahwa, PKB melihat bahwa secara ketatanegaraan, peran wakil presiden, juga tidak kuat. Kalau toh nanti pasangan Amin terpilih, peran yang mainkan oleh Muhaimin sebagai wapres Anies tidak akan beda jauh dengan peran Ma’ruf Amin.
Padahal menurut Soleh, PKB begitu berkeringat, berdarah-darah bahkan konon Muhaimin menolak tawaran 2triliyun rupiah dari Erick Thohir sebagai imbal beli tiket PKB untuknya.
“Keempat, dinamika PDIP dengan Jokowi, dipandang PKB akan semakin mengeras, terutama ketika Prabowo benar-benar mengambil Gibran sebagai cawapresnya. Kelima, dengan mencermati friksi PDIP dengan Jokowi, PKB kuat terasa sangat menginginkan impeachment terjadi, wapres Ma’ruf Amin naik sebagai presiden, reshuffle besar yang bisa jadi PKB mentarget menteri agama sebagai sasaran utama,” tuturnya. (Okt)