Menurut Djoko, meskipun fasilitas feeder yang baik akan meningkatkan tarif, masyarakat akan memilih menggunakan moda transportasi umum jika tarifnya lebih rendah daripada biaya mengendarai mobil pribadi.
RUANGPOLITIK.COM —Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno memberi beberapa catatan agar masyarakat dapat beralih menggunakan kendaraan umum seperti LRT dan MRT. Salah satunya dengan penyediaan fasilitas feeder yang mengutamakan kenyamanan.
“Feeder harus memiliki kualitas yang baik dan kenyamanan yang tidak jauh berbeda dengan angkutan LRT,” ujar Djoko di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, pada Selasa (11/7/2023).
Menurut Djoko, meskipun fasilitas feeder yang baik akan meningkatkan tarif, masyarakat akan memilih menggunakan moda transportasi umum jika tarifnya lebih rendah daripada biaya mengendarai mobil pribadi.
“Artinya, meskipun tarifnya lebih tinggi daripada KRL, tetapi jika hasilnya bagus dengan subsidi yang baik, maka itu akan menjadi pilihan yang lebih baik,” tambahnya.
Pengadaan feeder yang baik juga berlaku untuk proyek percepatan mobilisasi kereta cepat dengan panjang trase 142,3 km yang menghubungkan Jakarta dan Bandung.
“Termasuk kereta cepat, kereta cepat yang bagus tetapi jika tidak ada layanan feeder, itu artinya pemerintah daerah kurang peduli. Jadi saat turun dari kereta cepat, masyarakat harus naik ojek,” pungkas Djoko.
Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Hendro Sugiatno, mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum massal perkotaan seperti KRL Commuter Line dan LRT. Hendro menyampaikan bahwa keberadaan angkutan umum massal perkotaan memiliki dampak positif, baik dari segi ekonomi maupun efisiensi.
“Pemerintah telah memberikan subsidi melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 2 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi Angkutan Penumpang Umum Perkotaan,” ujar Hendro kepada wartawan pada Selasa (11/7/2023).
“Angkutan umum dibuat untuk mengurangi kemacetan dan emisi gas. Jika kita beralih ke angkutan umum, akan lebih efisien karena ada subsidi. Jadi, jika ingin mendapatkan subsidi, gunakanlah angkutan umum,” terangnya.
Lebih lanjut, Hendro mendorong masyarakat untuk segera beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum massal perkotaan.
“Transportasi dibangun untuk mempermudah pergerakan kita dengan murah, cepat, dan tepat. Jadi, mari kita menyadari dan beralih ke transportasi publik untuk mengurangi kemacetan dan sebagainya. Jika kita beralih, akan lebih baik bagi kita,” jelasnya.
Editor: B. J Pasaribu
 (RuPol)
 
 









