RUANGPOLITIK-Sudjiatmi sama sekali tak kepikiran bila anak yang ia lahirkan kelak bakal jadi orang besar. Seperti dicatat Francisca Ria Susanti dalam Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014), Sudjiatmi baru punya firasat itu tatkala 4 tahun kemudian ayahnya, Wiroredjo, berceletuk soal kepala Joko Widodo.
Saat memandangi cucunya bermain, sambil tersenyum Wiroredjo bergumam, “Bocah berkepala besar seperti itu, pasti nanti jadi orang (sukses).” Wiroredjo bukan peramal, tapi toh prediksinya jadi kenyataan.
Berasal dari keluarga yang sangat sederhana membuat Jokowi merasakan hidup yang sulit dan keras pada masa kecilnya. Pada saat ia duduk di Sekolah Dasar Negeri 111 Tirtoyoso, Surakarta, Jokowi telah menjadi seorang kuli panggul, ojek payung dan pedagang. Hal tersebut ia lakukan hanya untuk membiayai kebutuhan sekolahnya hingga makan sehari-hari.
Pada usia 12 tahun, dia memutuskan untuk bekerja di perusahaan kayu sebagai tukang gergaji. Keahlian tersebut didapatnya dari ayahnya yaitu Noto Mihardjo yang juga berprofesi sebagai tukang kayu.
Di masa kecilnya Joko Widodo juga telah merasakan pahitnya penggusuran, ketika rumahnya tiga kali terkena penggusuran. Setelah lulus Sekolah Dasar, ia masuk di SMP Negeri 1 Surakarta kemudian melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 6 Surakarta.
Usai menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Kota Solo, dia memilih untuk belajar di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM). Di sana ia belajar sangat giat mengenai kayu, teknologi pengolahannya serta pemanfaatnnya.
Setelah menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1985 Jokowi akhirnya menikahi pujaan hatinya, Iriana pada 24 Desember 1986 di Kota Solo yang kemudian memberinya tiga orang anak bernama Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu.
EDITOR: Adi Kurniawan
(RuPol)