RUANGPOLITIK.COM — Siapa yang tak kenal dengan sosok Profesor Amien Rais, tokoh reformasi yang berhasil menumbangkan kekuasaan Orde Baru Presiden Soeharto. Kiprahnya sebagai pahlawan reformasi tak bisa dilupakan oleh bangsa ini. Tak hanya itu, sebagai seorang intelektual ia tetap konsisten dengan alurnya sebagai oposan atau oposisisi.
Kritis, cerdas, lugas dan tak kenal kata takut, ia bersedia menjadi tokoh yang berlawanan dengan pemerintahan. Dan kali ini, tokoh reformasi ini tampil ke gelanggang membawa bendera Partai Ummat. Meski usianya sudah mulai sepuh, namun jiwa-jiwa keberanian didalamnya tak juga luntur.
Sayangnya, bendera Partai Ummat yang ia kibarkan, tak memiliki tiang yang kokoh untuk berdiri di tanah sebagai salah satu partai politik milik anak bangsa. Sebelum bendera itu berkibar, tiangnya harus roboh sebelum berdiri. Amien Rais yang tegak sebagai Ketua Majelis Syura Partai Ummat geram, partainya dihadang oleh segelintir pihak yang tak menginginkan ia balik ke gelanggang politik.
Amien Rais mengungkapkan pihaknya memperoleh informasi terkait adanya manipulasi data verifikasi faktual yang dilakukan oleh KPU. Dari informasi itu, Amien menyebut Partai Ummat menjadi satu-satunya partai yang tidak diloloskan oleh KPU menjadi peserta Pemilu 2024.
“Kami mendapatkan informasi A1 yang valid, bahwa pada 14 Desember 2022 nanti seluruh partai baru dan partai non parlemen akan diloloskan oleh KPU kecuali Partai Ummat,” ujar Amien Rais dalam keterangan video yang diunggah di akun Instagram-nya.
Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi mengklaim telah mengantongi bukti soal dugaan kecurangan verifikasi faktual parpol 2024 oleh KPU. Partai Ummat berencana melakukan gugatan ke Bawaslu.
“Apakah ada bukti? Tentu kami mengantongi bukti-bukti tersebut. Di lapangan kami nerima laporan atau bukti digital, bukti tertulis, kita kumpulkan. Seandainya kami nanti berperkara, atau bersengketa, insyallah sudah kita siapkan. Kalau pertanyaan ada bukti, ada semua,” kata Ridho di DPP Partai Umat, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa(13/12/2022).
Apakah benar Amien Rais hingga saat ini masih menjadi tokoh reformasi yang ditakuti? atau tajinya justru sudah tumpul tak lagi tajam seperti dulu. Menurut Ujang Komarudin pengamat politik saat dihubungi RuPol, Rabu (14/12) menggambarkan Amien Rais masih menjadi tokoh yang unggul dan kuat. Sehingga ia masih menjadi orang yang sangat ditakuti oleh Pemerintahan Jokowi.
“Amien Rais tokoh oposisi dari dulu
sebagai tokoh Reformasi dan Ketua MPR
menjadi tokoh oposisi terbaik. Dan bagi rakyat ia masih menjadi tokoh panutan, sosoknya bagus. Rakyat butuh figur seperti beliau. Namun bagi pemerintahan Jokowi, orang yang kritis justru berbahaya. Namun bagi kita sebagai pembelajar Demokrasi, kita butuh tokoh seperti beliau, dengan ide, gagasan dan kritikannya, terutama ketika politisi, akademisi, mahasiswa, aktivis, semua bungkam,” tegas Ujang.
Karena itu, Ujang melihat seharusnya Pemerintahan Jokowi terbuka dengan masukan seperti yang disampaikan.
“Kalau tidak ingin dikritik, ya jangan jadi pejabat,” ungkapnya.
Terkait Partai Ummat yang saat ini belum bisa lolos, Ujang melihat ‘langkah Amien Rais’ memang tak selalu mulus. Termasuk ketika beliau dulu berada di Partai Amanat Nasional (PAN) dan kini membentuk partai baru.
“Ruang gerak beliau memang sudah terbatas dan dibatasi sehingga ia tidak memiliki kekuatan politik. Atau kekuatannya di lemahkan, beliau selalu diawasi. Jelas Amien Rais masih tokoh yang sangat berbahaya, ia kritis, tegas dan ditakuti lawan politik,” ungkap dosen Universitas Al-Azhar Indonesia ini.
Jika ada indikasi ‘menjegal’ partai Ummat maka Ujang disini melihat mungkin pada kekuatan yang akan terwujud jika partai ini bisa lolos ke Senayan.
“Jika ia mampu lolos ke Senayan, punya modal kekuatan basis massa, pasti juga memiliki kekuatan untuk menggerakkan massa yang besar,’ ulasnya.
Bahkan terkait wacana yang dilemparkan ke publik oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo perihal Jokowi 3 periode dan penundaan pemilu, Amien Rais dengan tegas mengatakan Ketua MPR Bamsoet akan dikenang rakyat sebagai penghancur konstitusi. Pernyataan ini disampaikannya secara tegas di Jakarta, Selasa (13/12). Karena mencoba untuk memuluskan langkah Jokowi menuju 3 periode.
“Apa yang dikatakan Amien Rais sudah tetap, konstitusi membatasi Jokowi tetap 2 periode dan apa yang dikatakan pengamat yang masih waras juga sama. Bahwa orang yang mendorong penundaan Pemilu atau Jokowi 3 periode sebagai seorang pengkhianat konstitusi, pengkhianat reformasi, pengkhianat rakyat! Rakyat boleh dan melakukan perlawanan secara konstitusional jika masih menginginkan perpanjangan jabatan presiden 3 periode itu,” tegasnya.
Karena itu, Ujang Komarudin mengingatkan, sudah sepatutnya tak ada lagi pihak-pihak yang mencoba untuk ‘mengcounter issue’ ini dengan menggaungkannya ke publik apalagi oleh seorang tokoh yang paham konstitusi dan bernegara. Ia kembali mengingatkan bahwa bangsa dan negara ini memiliki tata aturan dalam bernegara, semua sudah ada jatahnya. Dan masih ada generasi yang juga mumpuni dalam membangun negeri ini.
“Mari akhiri perdebatan itu dan mari kita bangun demokrasi yang bermartabat,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati