RUANGPOLITIK.COM — Tarik ulur siapa cawapres yang akan diusung sebagai pendamping Anies Baswedan pada pilpres 2024 mendatang dianggap sebagai bentuk kebimbangan Anies. Dua nama yang muncul yakni Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Ahmad Heryawan atau Aher menjadi kerikil perpecahan di internal koalisi tiga partai yakni NasDem, PKS dan Demokrat.
Hal tersebut diungkap oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno kepada wartawan, Selasa (01/11). Adi mengatakan hubungan Anies dengan AHY dan Aher ibarat ‘cinta segitiga’. Dan Anies dipersonifikasi seperti Pemberi Harapan Palsu (PHP) kepada kedua kandidat yang menyebabkan blunder bagi dirinya.
“AHY dan Aher sama-sama diberi harapan. Ketika Anies ketemu AHY keduanya mengklaim punya chemestry dan kecocokan yang sama. Ketika Anies berjumpa Aher keduanya juga saling berbalas pantun. Sangat terlihat ketiganya terlibat dalam cinta segi tiga. Sama-sama berebut jadi pasangan Anies. Problemnya Anies memberikan harapan yang sama ke AHY dan Aher,” kata Adi.
Adi menyebut kondisi tersebut akan membuat Anies menjadi serba salah. Menurutnya, jika Anies pilih AHY mungkin PKS mungkin tak terima, tapi ketika Anies pilih Aher maka Partai Demokrat yang akan kecewa.
“Rumit ini urusan. Bisa-bisa Anies tak memilih keduanya dan memilih figur alternatif untuk menghindari deadlock politik. Masalahnya, jika memilih figur lain, apakah PKS dan Demokrat ikhlas? Ini yang belum terjawab sampai sekarang,” ucapnya.
Adi menilai persoalan cawapres ini yang membuat rencana deklarasi koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat pada 10 November belum final. Dan PKS belakangan terlihat menolak karena diduga belum ada selesai di internal ketiga partai tersebut.
“Apalagi mulai beredar isu model deklarasi yang berbeda antara NasDem dan Demokrat. Infonya, NasDem mengusulkan deklarasi bersama 3 partai tanpa harus ada cawapres. Sebaliknya, Demokrat menawarkan deklarasi bersama 3 partai wajib ada cawapres definitif pendamping Anies,” ujarnya.
“Sepertinya Demokrat masih trauma pengalaman Pemilu 2019 yang berharap Prabowo bisa berdampingan dengan AHY. Tapi nyatanya, setelah Demokrat nyatakan dukungan, Prabowo malah memilih Sandi sebagai tandem maju pilpres,” tambahnya.
Adi cukup memahami jika Demokrat dan PKS berebut cawapres pendamping Anies. Ada dua tujuan mengapa PKS dan Demokrat berebut kadernya menjadi cawapres Anies di Pilpres 2024.
Pertama, PKS dan Demokrat ingin mendapatkan efek ekor jas karena pemilu dilakukan secara serentak. Kedua, PKS dan Demokrat ingin membuat katup pengaman agar pemilih mereka tak hijrah ke NasDem.
“Ada kecenderungan, pemilih Anies yang selama ini ke PKS perlahan mulai ada yang hijrah ke NasDem. Begitupun sebagian kecil pemilu Demokrat split ke NasDem,” tegas Adi.
Editor: Ivo Yasmiati