RUANGPOLITIK.COM — Perseteruan Ganjar Pranowo dengan elit internal di PDI-Perjuangan dan sikap kepede-an Ganjar untuk maju sebagai calon presiden berbuntut panjang. Secara tegas DPP PDI-Perjuangan memberikan sanksi kepada Gubernur Jawa Tengah itu pada Senin (24/10) karena dianggap melangkahi kebijakan partai.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut partai juga sudah mengeluarkan instruksi kepada semua kader agar tak bicara capres 2024 pada 7 Oktober.
“Surat ini sangat jelas tidak bisa ditafsirkan berbeda. Sehingga Pak Ganjar dinilai melanggar instruksi No 4503/internal/DPP/X/2022,” ujarnya.
Bagaimanakah secara etika politik pemberian sanksi kepada Ganjar ini? Pengamat politik Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah saat dihubungi RuPol.com pada Senin (25/10) memberikan penilaiannya.
“Dilematis membaca arah kebijakan internal PDIP, satu sisi apa yang dilakukan Ganjar ini normatif, hanya soal umum dan sebatas kegenitan politik. Tidak sampai lakukan mobilisasi kader atau struktur partai,” ucap Dedi Kurnia.
Dedi menilai, sikap politik Ganjar kurang dewasa dan terlalu melakukan manuver yang akan berimbas kepada suhu politik di ternal PDI-P.
“Hanya saja, manuver politis Ganjar dan simpatisannya, potensial merusak konsolidasi partai, di mana Ganjar menabuh genderang peperangan opini sesama kader partai, Ganjar fokus menihilkan keberadaan Puan, sehingga pertarungan ini tidak sehat, sekaligus tidak berkelas,” jelasnya.
Ganjar Pranowo dinilai terlalu ambisius dengan hasil survei dan popularitas, sehingga melupakan prinsip politik di dalam partainya sendiri. Dedi memberikan argumentasinya, bahwa Ganjar tidak belajar kepada Ahok secara etika politik.
“Ambisi personal Ganjar membuatnya kehilangan kesetiaan pada partai, dan inilah sebenarnya yang menjadi pangkal sanksi itu. Ganjar seharusnya belajar dari rivalitas politik tokoh lain, semisal Basuki Tjahaja Purnama yang memilih memusuhi Anies Baswedan, rivalitas ini berseberang, tidak dalam satu perahu, sementara Ganjar justru memusuhi pimpinannya sendiri, Puan,”.
Dedi menilai secara etika politik, cara komunikasi politik dan manuver yang ia lakukan akan sangat merugikan dirinya sendiri.
“Maka cara ini jelas merugikan, Ganjar terlihat benar mementingkan diri sendiri, bukan partai,” tegas Dedi. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati