RUANGPOLITIK.COM-Hasil Rakernas NasDem yang merekomendasikan 3 nama capres, yakni Anies Baswedan, Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo, telah menepikan nama Menteri BUMN Erick Thohir.
Padahal dalam usulan dari DPW-DPW NasDem seluruh Indonesia, Erick cukup mendapatkan banyak suara bahkan masuk dalam tiga besar.
“Sebenarnya saya sedikit kaget juga, karena pendekatan Erick kepada NasDem cukup intens menurut saya. Dan dia juga dapat dukungan sebanyak 19 DPW, hanya kalah dari Anies dan Ganjar,” ujar Pengamat Politik Citra Institute Eftiza, ketika berbincang dengan RuPol, Rabu (22/6/2022).
Hasil Keputusan Rakernas NasDem itu cukup menjadi isyarat bagi Erick Thohir, karena jalan yang selama ini terlihat terbuka ternyata masih banyak persimpangannya.
Kata Efriza lagi, untuk menjadi capres itu tidak cukup hanya dengan kampanye yang masif, aktif di media sosial ataupun modal ekonomi yang berlimpah.
“Yang namanya perjuangan politik itu, membutuhkan lebih luas dari semua itu. Salah satunya yang paling penting itu adalah potensi kemenangan pada pilpres. Mungkin saja NasDem belum melihat ada potensi kemenangan itu pada Pak Erick,” lanjutnya.
Berita Terkait:
Elektabilitas Muhaimin Rendah, CSIIS: PKB Sudah Saatnya Rangkul Erick Thohir
Erick Thohir Matangkan Sembilan Program Peringatan Satu Abad NU
NasDem Umumkan Anies, Andika dan Ganjar Sebagai Capres, Erick Thohir Tersingkir
Ekonomi Membaik, Erick Thohir: Optimistis Indonesia Bisa Jadi Negara Maju di 2045
Sambung Efriza, sedikitnya ada 3 kekurangan yang saat ini ada pada diri Erick Thohir, yang membuat dirinya susah untuk bersaing dengan nama-nama lain.
Pertama adalah elektabilitas yang masih rendah dari kandidat capres yang lain.
“Elektabilitasnya masih berada di bawah AHY (Agus Harimurti Yudoyono), Ridwan Kamil ataupun Sandiaga Uno. Belum lagi dari 3 nama penguasa survey, Prabowo, Anies dan Ganjar, masih terlalu jauh elektabilitasnya,” terang Efriza yang juga merupakan Dosen Ilmu Politik di berbagai perguruan tinggi tersebut.
Kedua, menurut Efriza karena Erick Thohir bukan kader partai.
Saat ini, semua partai-partai yang akan menjalin komunikasi untuk berkoalisi, membawa serta kader-kader mereka sebagai bagian dari pembicaraan.
“Sudah pasti komunikasi partai-partai itu juga membahas simulasi capres dan cawapres yang akan mereka usung. Setiap partai pasti berusaha memasukkan nama kader mereka dalam pembicaraan. Ini juga terkait dengan efek ekor jas di pilpres, yang menguntungkan suara bagi partai. Sekarang, partai apa kira-kira yang membawa nama Erick Thohir dalam komunikasi mereka? Saya kira belum ada,” terangnya.
Pamor Erick Akan Meredup
Efriza juga menyebutkan faktor ketiga yang akan membuat nama Erick sulit untuk menjadi capres mendatang.
Yakni laporan kinerja Erick Thohir yang saat ini menjadi Menteri BUMN.
Lanjut Efriza, Nama Erick Thohir akan selalu menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat terkait kinerja BUMN.
Seperti yang saat ini sedang hangat adalah investasi Telkomsel pada GOTO yang dinilai ada konflik kepentingan, karena pemilik GOTO adalah kakak kandungnya Garibaldi (Boy) Thohir.
“Soal GOTO itu bahkan sudah bergulir pansus di DPR. Selain itu, ada juga masalah kerugian pada beberapa BUMN dan hal-hal lain. Itu akan menjadi polemik terus-terusan sepanjang tahun politik ini.
Walau mungkin ada dua sisi, ada yang beranggapan Pak Erick berhasil juga, tapi untuk menjelaskan semua itu ke publik membutuhkan energi yang besar dan lama,” paparnya.
Dengan adanya 3 faktor tersebut, Efriza memperkirakan nama Erick Thohir akan semakin meredup pada bursa kandidat capres mendatang.
Walau masih ada peluang untuk masuk dalam kandidat capres, tapi Erick membutuhkan kekuatan besar yang mendorongnya.
“Perkiraan saya, susah buat Pak Erick untuk meng-upgrade lagi namanya. Kecuali ada kekuatan besar yang ikut mendorong, seperti mungkin saja ya, PBNU misalnya. Tapi PBNU sendiri jauh-jauh hari sudah mengatakan menjauh dari politik. Atau peluang lain, dukungan dari Presiden Jokowi yang tentunya sangat berpengaruh. Tapi inipun sampai saat ini belum kita lihat juga. Presiden Jokowi arahnya masih ke Ganjar Pranowo. Dan kalaupun Pak Jokowi mendukung, tentu bisa menitipkan nama Pak Erick untuk masuk dalam rekomendasi NasDem kemarin itu. Karena kita tahu bagaimana kedekatan presiden dengan NasDem, khususnya Surya Paloh,” pungkas Efriza. (YON)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)