RUANGPOLITIK.COM – Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mendapat tekanan yang keras dari PBNU, sejak Muktamar Lampung yang memilih Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum.
Sebagai partai yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU), PKB saat ini berada di titik terjauh dari PBNU, seiring dengan pernyataan Yahya Cholil Staquf yang akan menjauhkan NU dari politik praktis.
Namun aktivis NU yang juga pengamat politik nasional dan internasional, Dr. Sholeh Basyari melihat pernyataan Ketum PBNU tersebut tidak terlalu berpengaruh kepada PKB dan Muhaimin.
“Gus Yahya (Yahya Cholil Staquf) hanya bisa mempengaruhi NU struktural, tapi tidak NU kultural. Buktinya Cak Imin masih tetap eksis di kalangan kiai-kiai kampung” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Selasa (24/5/2022).
Menurut Sholeh, Muhaimin sudah terlalu mengakar di kalangan NU kultural sebagai perwakilan NU di politik.
“Beberapa hari yang lalu, pada saat Gus Yahya mengadakan Konferensi Besar (Konbes NU), Cak Imin malah menggelar silaturrahmi dengan para kiai, ulama dan habaib. Kita lihat sendiri yang hadir bersama Cak Imin adalah kiai-kiai grade A. Kiai yang memiliki massa dan pengaruh yang kuat di kalangan nahdliyin. Itu membuktikan belum ada yang bisa menggantikan posisi Cak Imin sebagai perwakilan NU di politik,” terang Sholeh.
Kondisi tersebut, lanjut Sholeh sangat wajar mengingat Muhaimin yang sudah membangun itu selama 17 tahun selama menjadi ketum PKB.
Berita terkait:
Pengamat: Manuver Cerdas Muhaimin Buat Kandidat Non Partai Gigit Jari
Muhaimin Singgung Peran dan Bantuan PKB untuk Nahdlatul Ulama
Muhaimin Iskandar Kumpulkan Ribuan Ulama dan Habaib di Jatim, Ada Agenda Apa?
Konbes NU 2022, Hasilkan 19 Peraturan Perkumpulan Berkualitas
Muhaimin Kontroversial dan Berpengalaman
Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) itu, juga menyoroti langkah-pangkah politik Muhaimin yang penuh kontroversi.
“Pada saat mengusulkan penundaan pemilu, Cak Imin mendapat hujatan dari berbagai pihak, namun dengan kelihaian dan kematangannya hal tersebut dapat diatasi. Saat ini dia sudah on fire lagi sosialisasi pencapresannya,” lanjut Sholeh.
Mengenai tekanan dari keluarga Gus Dur, yang menyebutkan sebagai pengkhianat, Muhaimin juga tidak terpengaruh.
“Kalau soal itu, hampir selalu dekat-dekat pemilu, Cak Imin diserang. Tapi tetap bertahan, bahkan selalu memegang ‘kartu truf’ untuk menentukan siapa capres dan cawapres. Termasuk pada Pilpres 2019 lalu, kita saksikan manuvernya dalam menjadikan Kiai Ma’ruf Amin menjadi cawapres Pak Jokowi. Padahal sebelumnya nama Mahfud MD seperti sudah tidak tergantikan,” beber Sholeh lengkap.
Tetapi sebagai kandidat capres pada Pilpres 2024, Sholeh menilai Muhaimin masih perlu menyiapkan strategi yang jitu.
Karena saat ini elektabilitasnya masih rendah dibanding nama-nama yang beredar.
“Pengalaman panjang Cak Imin akan membuktikan kualitasnya sebagai politisi ulung. Kita masih akan melihat manuver-manuver Cak Imin yang terkadang out of the box. Tapi selalu bisa teratasi dengan cepat olehnya. Termasuk kita tunggu pancingannya untuk bergabung dengan KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), akan seperti apa ujungnya?,” pungkas Sholeh. ((ASY)
Editor: Bejo. S
(RuPol)