RUANGPOLITIK.COM-Ketegangan antara PKB dengan PBNU meruncing seusai Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Usai terpilih Gus Yahya menegaskan PBNU tidak akan menjadi corong PKB.
Gus Yahya memang mengakui PBNU punya hubungan erat dengan PKB. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat PBNU sebagai alat pemenangan PKB.
“Relasi NU dengan PKB saya kira alami sekali karena dulu PKB dulu sendiri diinisiasi, dideklarasikan, oleh pengurus-pengurus PBNU, itu satu hal. Tapi, sekali lagi tidak boleh lalu NU ini jadi alat dari PKB atau dikooptasi dengan PKB,” ungkap Yahya kepada awak media.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya tak punya pengaruh di PKB.
Berita Terkait:
Survey Indikator: Gencar Sosialisasi, Elektabilitas Muhaimin Masih Nol Koma
Ditanya Maju Capres 2024, Muhaimin: Mohon Doanya
Pengamat: Erick Thohir Lebih Mudah Galang Dukungan Partai Lain Tinimbang Muhaimin
Dukung Erick Thohir, Rivalitas Panjang Gus Yaqut Dengan Muhaimin
Imin mengungkakpkan partainya memiliki dukungan 13 juta orang. Menurutnya, para pendukung itu solid.
“Semua lembaga survei (menyebut) pemilih PKB adalah loyal, solid sekalil sampai ke bawah. Bahkan, Yahya Cholil Ketum PBNU ngomong apa aja terhadap PKB, enggak ngaruh sama sekali,” kata Imin seperti dikuitpmRuPol dari tayangan Youtube program “Ngabuburit Bersama Tokoh, Minggu (1/5/2022).
Imin percaya diri modal dukungan di akar rumput bisa menyukseskan PKB pada 2024. Dia bahkan yakin modal tersebut akan semakin besar jika ia mencalonkan diri sebagai presiden.
Meski demikian, ia khawatir modal suara itu tak bisa dioptimalkan. Dia menyebut kondisi ekonomi saat ini menyulitkan PKB.
“Ketika krisis begini, pemilu, ya sudah yang punya uang yang menang. Berat buat partai saya,” tuturnya.
Dengan alasan itu, Imin mengajukan wacana penundaan pemilu. Dia berharap ekonomi Indonesia pulih terlebih dahulu sebelum kembali menggelar kontestasi politik. (ASY)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)