RUANGPOLITIK.COM-Tanggapan berbeda yang digambarkan oleh Puan Maharani saat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat publik bertanya-tanya.
Ketika Puan masih menjadi oposisi di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia dengan tetesan air mata terisak-isak menolak kenaikan BBM.
“Namun sejak Puan menjadi pendukung pemerintah, tak ada lagi airmata ketika pemerintah menaikkan BBM. Puan dengan gampangnya mengaminkan kenaikan BBM,” kata Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, kepada RuPol, Sabtu (2/4/2022).
Lebih lanjut, Jamiluddin menilai, perbedaan sikap Puan itu wajar mendapat kritik pedas dari masyarakat. Sebab, airmata Puan saat itu bukan karena pedih melihat rakyat semakin susah karena kenaikan BBM.
“Airmata Puan akhirnya dimaknai masyarakat hanya untuk kepentingan politik,” ucapnya.
Berita Terkait:
Wacana Kenaikan BBM Ramadan Ini Dikecam KAMMI Bandarlampung
Luhut Sebut Harga Pertalite dan Gas 3 Kg Bakal Ikut Naik
PAN Minta Penghapusan Pertalite Ditunda
Pertamina Pastikan Pertalite dan Premium Masih Ada
“Karena itu, wajar bila saat ini masyarakat merasa kecewa atas perbedaan sikap Puan tersebut. Puan dinilai bukan memperjuangkan masyarakat, tapi airmatanya hanya pencitraan semata,” tambah Jamiluddin.
Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500-Rp 13.000 per liter dari sebelumnya sekitar Rp 9.000-Rp 9.400 per liter. Kenaikan ini mulai berlaku 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat.
Sebelumnya, Pertamina mengumumkan kenaikan harga Pertamax di 16 provinsi. Namun, tidak berselang lama, Pertamina merilis kenaikan harga Pertamax di 34 provinsi. Sementara itu, untuk BBM subsidi seperti Pertalite tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp 7.650 per liter.
Adapun kenaikan harga beragam di masing-masing wilayah atau provinsi berkisar Rp 3.500-Rp 3.600 per liter. Seperti di wilayah DKI Jakarta, harga Pertamax menjadi dibanderol Rp 12.500, naik dari sebelumnya yang seharga Rp 9.000 per liter. (AFI)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)