RUANGPOLITIK.COM-Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menegaskan kembali peringatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait berbagai barang terindikasi mengalami kenaikan harga karena ketidakpastian ekonomi global.
Edy Priyono menyebut peringatan presiden harus disikapi dengan bijak dan tidak menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Baginya, penguatan produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi barang impor harus menjadi perhatian.
“Apa yang disampaikan bapak Presiden mengandung satu pesan kunci, yakni kita harus berani berubah dan berani mengubah,” kata Edy Priyono, dikutip dari siaran pers KSP, Minggu, (6/3/2022).
Pemerintah, kata dia, menyadari konflik Rusia-Ukraina memiliki pengaruh signifikan terhadap perekonomian global. Belum lagi, faktor pandemi Covid-19 yang masih menghantui ketidakpastian ekonomi dunia.
Ketergantungan terhadap barang-barang impor seperti elpiji, kedelai, dan gandum yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga. Dalam jangka pendek, pemerintah tidak punya pilihan, mempertahankan harga agar tidak naik dan stabil dengan cara memberikan subsidi.
Contoh kasus adalah LPG subsidi 3 kilogram yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen. Pemerintah tetap berpegang pada Harga Eceran Tertinggi (HET), tidak ada kenaikan harga.
“Pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 11 ribu per kilogram sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kilogram dengan harga yang terjangkau,” ujarnya.
Berita Terkait:
Wacana Tunda Pemilu 2024, KSP: Sikap Presiden Jokowi Konsisten
KSP Optimis Pemilu 2024 Bisa Dieselenggarakan KPU dan Bawaslu
Moeldoko Sebut Ganti Rugi Tanah Wadas Selesai Sebelum Lebaran
Presiden Ditarik Isu Tunda Pemilu. Ngabalin: Jangan Ekstrem Berpolitik
Jika kondisi ini berlangsung lama, agar tidak memberatkan keuangan negara maka pemerintah mendorong peningkatan produksi dalam negeri dan mengurang barang impor.
“Salah satunya dengan mendorong penggunaan DME yang bahan bakunya batu bara,” terangnya.
Lebih lanjut, Edy menekankan pentingnya pengurangan konsumsi barang-barang kebutuhan impor, seperti gandum untuk bahan baku roti dan mie. Menurutnya, kreatifitas dan inisiatif masyarakat mengubah pola konsumsi produk olahan dalam negeri menuju kepada ekonomi mandiri kedepannya.
“Singkong, ubi, porang, itukan penghasil karbohidrat yang bisa kita hasilkan sendiri. Tentu tidak mudah mengubah pola konsumsi. Tapi kita mesti mengarah ke sana,” jelasnya. (Tyo)
Editor: Setiono
(RuPol)