Penulis: John Kenedy Azis, SH, MH
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
RUANGPOLITIK.COM – Jumat, 25 Februari 2022, pagi itu saya sedang menikmati sarapan Katupek Gulai Paku di Pasar Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.
Menikmati masa reses sambil bercengkrama dan mendengarkan cerita para sahabat, tentang perkembangan kampung halaman.
Tiba-tiba, tanah tempat berpijak menjadi goyang, air dalam gelas bergelombang dan teriakan terdengar dari beberapa sudut, gempa.. gempa..!
Rasa takut dan kuatir langsung menyeruak, entah kenapa bayangan akan datang tsunami langsung memenuhi pikiran, terbayang kampung tercinta akan tersapu ombak besar.
Setelah mencoba menenangkan pikiran dan berusaha tegar, saya melihat informasi dari BMKG, Alhamdulillah, sesaat ada perasaan lega karena info resmi dari BMKG, ternyata gempa tidak berpotensi tsunami.
Tapi saya juga melihat kekuatan gempa saat itu, ternyata sangat besar yakni 6,2 magnitudo dan berpusat di daerah Pasaman.
Tanpa menunggu lagi, saya secara bersamaan dengan Ketua DPD Partai Golkar Padang Pariaman Asmadi, langsung mencari informasi melalui telepon genggam.
Saat itu, kami sama-sama belum bisa kontak kepada teman-teman di Kabupaten Pasaman, akhirnya kami coba kontak ke daerah-daerah lain, Padang Pariaman, Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Payakumbuh dan beberapa daerah lain.
Setelah mendapatkan informasi dari beberapa daerah tersebut, telah terjadi kerusakan dan rumah-rumah yang roboh.
Pikiran saya tetap tidak bisa lepas dari kondisi di Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, karena merupakan pusat gempa.
Walaupun belum dapat informasi pasti, saya berkesimpulan kedua daerah tersebut pasti lebih parah, sehingga saya memutuskan untuk langsung menghubungi Menteri Sosial Tri Rismaharini dan meminta beliau untuk langsung turun ke Sumatera Barat.
Permintaan saya, langsung mendapat sambutan. Menteri Sosial memastikan akan langsung turun ke lokasi pada besoknya, Sabtu 26 Februari 2022.
Saya sedikit lega, karena jika sudah ada menteri terkait, maka penanganan pascagempa pasti akan lebih baik.
Berita Terkait:
Pasca Gempa, Ribuan Warga Sumatera Barat Mengungsi
Hingga Kini, Tercatat 52 Gempa susulan Guncang Pasaman Barat
Terkini, 7 Orang Meninggal Dunia Gempa 6,1 SR di Sumatra Barat
Kabar Gempa Pasaman Barat, Banjiri Media Sosial
Setelah berdiskusi dengan Asmadi dan para sahabat-sahabat yang lain, akhirnya kami memutuskan untuk berkeliling terlebih dahulu di daerah Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, untuk melihat dampak dari gempa tersebut.
Sepanjang perjalanan, hati saya tetap risau memikirkan kondisi masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman, karena sampai masuk waktu sholat Jumat, kami masih belum bisa terhubung karena sinyal telepon masih susah.
Selesai sholat Jumat, saya berdoa panjang kepada Allah Ta’ala untuk keselamatan masyarakat, hati saya gelisah dan air mata menetes tanpa sengaja.
Saya bertafakur, meminta kepada Allah Ta’ala Sang Maha Pemberi Pertolongan.
Selesai sholat, kami berencana akan langsung menuju ke daerah Pasaman Barat, namun telepon genggam saya tidak berhenti berbunyi.
Para sahabat-sahabat di Jakarta berulang kali menanyakan kabar, tidak ketinggalan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang meminta laporan langsung.
Dari nadanya, sangat jelas Pak Airlangga merasakan kekuatiran dan kecemasan yang mendalam tentang kondisi masyarakat.
Saya akhirnya memutuskan untuk hari itu belum jadi ke Pasaman Barat, karena takut belum bisa koordinasi dengan pihak-pihak terkait, berhubung keterbatasan sinyal.
Menteri Risma juga meminta agar saya menemani beliau dalam kunjungan ke lokasi-lokasi gempa terparah.
Setelah koordinasi dengan beberapa pihak, terutama untuk memastikan keselamatan masyarakat, saya berupaya mencari tahu apa yang paling dibutuhkan di lokasi gempa saat itu.
Air Mata Itu Menetes
Sabtu, 26 Februari 2022, setelah menunggu Menteri Risma, secara bersama-sama kami langsung menuju ke Kabupaten Pasaman Barat.
Namun sayang, saat sampai pada salah satu lokasi pengungsian terjadi sedikit kesalah-pahaman, ketika salah seorang warga berusaha menghalangi Menteri Risma untuk melihat lokasi pengungsian.
Saya sedih, tapi saya berusaha untuk menjelaskan dengan baik kepada masyarakat dan bisa menerima Menteri Risma dengan tangan terbuka, karena kehadiran beliau merupakan bentuk tinggi dan besarnya perhatian beliau kepada masyarakat Sumatera Barat.
Akhirnya setelah masyarakat mengerti, kami melanjutkan perjalanan melihat langsung kondisi masyarakat dan kebutuhan para pengungsi.
“Pak John, terima kasih sudah menjelaskan kepada masyarakat. Ibu Menteri datang untuk tugas dan perhatiannya kepada masyarakat. Masyarakat kita kadang kurang mengerti,” ujar salah seorang staf Kementerian Sosial kepada saya.
“Sudahlah, masyarakat lagi berduka. Kita harus tunjukkan kita hadir untuk membantu dan mengurangi duka mereka,” jawab saya menghentikan membahas masalah kesalah-pahaman tersebut.
Saya melihat rumah-rumah yang roboh, puing-puing berserakan. Para orang tua dengan tatapan kosong, anak-anak yang menangis.
Air mata saya kembali menetes, hati saya berkata, “Izinkan saya menyeka air mata kalian, anak-anakku. Allah sedang menguji kita. Insya Allah dengan bersama-sama kita akan membangun lagi rumah-rumah kalian,”
Air mata saya menetes, saat bertemu masyarakat yang masih kehilangan anggota keluarganya.
Mereka tetap berharap bisa menemukan dalam keadaan selamat.
“Ya Allah, Sang Pemilik Alam dan Manusia, berikanlah kekuatan kepada mereka dan getarkanlah selalu hati ini, agar bisa tetap bersama-sama dengan mereka, berbagi kedukaan dan menyeka air mata mereka,” doa saya dalam hati.
Baca juga:
Langkah Taktis Cak Imin di Pentas Nasional
Ganjar Pranowo Teratas Pilihan Pemilih Kritis Presiden 2024
Faldo Maldini Bantah Istana Gerakan Elit Tunda Pemilu
Politisi dan Pengusaha Arifin Panigoro Tutup Usia
Dari informasi terakhir, pada hari Senin (28/2/2022), korban meninggal mencapai 11 orang dan 4 orang masih hilang.
Sementara itu 42 orang menderita luka berat, 346 orang luka ringan dan 13 ribu lebih masyarakat terpaksa mengungsi.
Pada saat tulisan saya ini saya buat, pikiran saya masih diselimuti dengan bayang-bayang kesedihan dan kedukaan masyarakat.
Saya hanya bisa membantu sesuai kemampuan saya, saya mencoba berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait sesuai dengan kepercayaan masyarakat telah menjadikan saya wakil mereka di DPR RI.
Walau fisik dan badan saya tidak bisa selalu bersama dengan saudara-saudara saya di Pasaman dan Pasaman Barat, tapi hati dan pikiran saya akan selalu bersama mereka.
Kita akan hadapi dan lewati ini secara bersama-sama. Dan izinkan saya untuk turut menyeka air mata itu.***
Jakarta, Selasa 1/3/2022
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)