RUANGPOLITIK.COM— Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengulas sistem perpolitikan Indonesia yang cenderung pada sosok atau tokoh bukan pada pemikiran yang disampaikan yang bersangkutan.
“Politik itu, harusnya tangga terakhir orang, tangga awal visi misi, ada permasalahan, gagasan solusi masalah. Baru siapa yang dipilih menyelesaikan masalah tersebut,” jelasnya.
Politik Indonesia masih terjebak pada sosok, misalnya Soekarno selama 20 tahun menjabat, lalu Soeharto selama 32 tahun menjabat.
“Hal demikian menjebak masyarakat like and dislike. Masyarakat terpaksa memilih orang namun belum diskusi gagasan. Ini masalahnya,” tegas Fahri.
Dalam event bedah buku “The Idea of Indonesia” ia juga menyarankan agar Anies Baswedan sabar dalam proses pencapresan. Pasalnya Anies belum memenuhi syarat sebagai capres sehingga ia merasa Anies tak perlu lakukan penggalangan massa.
Sabar yang dimaksud ialah menarik diri dahulu dari upaya mengumpulkan massa di sejumlah kota. Hal ini harusnya menjadi pembelajaran Anies Baswedan agar lebih menahan diri dari politik hanya mengumpulkan massa namun jauh dari gagasan politik.
“Ini kebetulan ada yang kritik Anies, saya mau sampaikan saran pada Anies. Saya beri saran pada Anies Baswedan, bisa gak dia menarik diri sedikit lah. Jangan sok merasa menjadi Capres,” sambung Fahri.
Menurut Fahri, pemilihan presiden (Pilpres) pada tahun 2024 merupakan cerita yang masih panjang. Karena itu, Pemerintah dan KPU yang menganggungkan suara rakyat sebagai suara Tuhan, juga harus bisa memberikan pendidikan politik yang mencerdaskan.
“Bagaimana menciptakan iklim agar masyarakat berfikir,” ujar Fahri Hamzah di kanal YouTube Total Politik, Rabu (28/12).
Ditegaskan Fahri masa pencalonan Presiden masih cerita yang lama, yakni sampai September 2024 nanti. Karena itu, Fahri menyarankan agar Anies tak perlu mengumpulkan massa terlebih dahulu.
“Coba tarik diri ke belakang, tarik rem dikit lah. Ini kan hanya mendulang massa,” ujarnya.
Fahri menyarankan Anies Baswedan agar lebih mengembangkan diskusi sebagai intelektual. Sebagai intelektual, Anies hendaknya menyarankan agar politik yang dikembangkan merupakan politik gagasan bukan terfokus dari politik mendulang massa.
“Harusnya Anies berani bilang, enough of enough (cukup). Saya ingin mengajarkan politik gagasan kepada masyarakat, agar politik menjadi lebih rasional,” sambung Fahri.
Sejak deklarasi sebagai capres dari NasDem, Anies Baswedan memang telah menggelar sejumlah safari di beberapa daerah mengunjungi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Papua dan Sulawesi Selatan.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)