RUANGPOLITIK.COM — Narasi pemimpin yang memikirkan rakyat dengan analogi ‘berambut putih’ yang digagas oleh Presiden Joko Widodo saat menghadiri acara Relawan Jokowi di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11) lalu dinilai sebagai bentuk marketing politik untuk menaikkan popularitas seseorang.
Menurut Ujang Komarudin, pengamat politik dan Dosen Ilmu Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, saat dihubungi RuPol, Selasa (29/11) mengatakan bentuk marketing politik dalam analogi fisik emang kerap dilakukan segelintir elit. Namun ini tak mewakili sosok pemimpin yang sebenarnya.
“Karena porsinya lebih kepada penyerapan pemberitaan yang semakin besar, terutama ketika sinyal itu ditangkap Ganjar dengan merubah warna rambut jadi hitam. Sehingga porsi beritanya semakin besar,” jelas Ujang.
Namun, ia mengkritik jika narasi yang dijual oleh capres atau cawapres belum mampu menyentuh substansi persoalan bangsa yang sangat kompleks.
“Penggunaan fisik tubuh dengan idiom ganteng atau fisik rupiah yang identik dengan money politik sangat kental dengan pemilu kita. Sehingga menjual ide atau gagasan menjadi tidak laku. Padahal ini sangat berbahaya ketika politik menjadi sangat pragmatis,” jelas Ujang.
Karena itu, ia melihat di sini kegagalan partai politik dalam melakukan komunikasi politik kepada rakyat tidak mengarah kepada menemukan solusi dari banyaknya persoalan Bangsa yang sangat kompleks.
“Parpol atau pasangan capres yang berkompetisi tidak pernah memberikan solusi terhadap persoalan Bangsa. Misalnya masalah hutang piutang negara, kemiskinan, PHK, narkoba, gejolak sosial. Elit hanya mengutamakan kepentingan golongan bukan rakyat. Ini yang berbahaya,” jelas Ujang.
Padahal dasar seorang pemimpin yang ideal adalah mengutamakan segala kepentingan rakyat diatas kepentingan golongan. Dan Ujang melihat sejauh ini yang menyebabkan ‘money politik’ menjadi suatu hal biasa dalam setiap pemilu.
“Politisi menyiapkan uang, rakyat mengambil uang atau amplop. Sehingga soal ide dan gagasan tidak laku. Dan ini fakta yang kita hadapi saat ini. Ini sangat berbahaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ulasnya.
Karena itu, bentuk fisik yang disampaikan oleh Jokowi menurut Ujang Komarudin hanyalah bagian dari gimmick politik demi kepentingan ‘Ganjar’ yang memang sengaja di endorse oleh Jokowi.
“Pemimpin yang sebenarnya harus berjiwa negarawan, kepentingan rakyat lebih utama. Bukan kepentingnan golongan atau partai yang menjadi prioritas,” pungkasnya. (IY)