RUANGPOLITIK.COM-Video momen Presiden Joko Widodo (Jokowi) disambut para pemimpin dunia viral di media sosial. Dalam video singkat yang beredar, terlihat ketika tiba di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Schloss Elmau Jerman, Presiden Jokowi mendapatkan sambutan hangat dari berbagai pemimpin dunia.
Diantaranya, Presiden Argentina Alberto Fernandez, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Senegal Macky Sall, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Jerman Olaf Scholz, dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Pakar Komunikasi Politik dari dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, Presiden Jokowi disegani para pemimpin dunia, hal itu tercermin dari sambutan hangat para kepala negara anggota G7 kepada Jokowi.
Menurut Emrus, Jokowi memiliki magnet bagi dunia karena gaya komunikasinya yang mampu menembus relasi sosial tanpa ada sekat sosial.
“Pak Jokowi tetap jadi dirinya, Jokowi adalah Jokowi yang saya maksud disitu adalah mau ketemu tukang becak, masyarakat paling bawah maupun masyarakat yang berkelas pimpinan negara di dunia itulah Jokowi. Artinya dia bisa menembus relasi sosial tanpa sekat-sekat sosial,” kata Emrus saat dihubungi, Kamis (30/6/2022).
Berita Terkait:
Jokowi Jadi Pemimpin Asia yang Kunjungi Ukraina, Ini Kata Zelensky
Presiden Jokowi Kembali ke Polandia Usai Tuntaskan Lawatan di Ukraina
Presiden Jokowi Kunjungi Reruntuhan Apartemen di Ukraina
Presiden Jokowi Sambangi Volodymyr Zelensky di Kyiv Gunakan Kereta
Menurut Emrus, Jokowi adalah manusia yang sederhana, percaya diri, optimis dan manusia yang begitu tinggi menghargai manusia lain tanpa melihat status sosialnya. Hal ini, kata Emrus membuat Presiden Indonesia dua periode ini mampu menghadirkan ide-ide baru yang bersifat kebersamaan.
“Dalam konteks dunia internasional, beliau selalu mengemukakan pandangan-pandangan yang bersifat kebersamaan, saling membantu, jadi Jokowi adalah pemimpin yang memecahkan masalah, bukan menimbulkan masalah. Coba kita lihat masalah Rusia dan Ukraina, Jokowi kunjungi kedua negara itu, tidak hanya satu negara. Kalau dia mengunjungi satu negara saja, maka ada keberpihakan, tetapi Jokowi mengunjungi dua belah pihak dan ketemu kepala negaranya langsung dengan segala resiko,” ujarnya.
Dijelaskan Dosen Komunikasi Politik di Universitas Pelita Harapan (UPH) itu, kepiawaian Jokowi membangun relasi dalam negeri dan dikancah internasional itulah yang dilihat oleh tokoh-tokoh dunia itu, sehingga para tokoh itu memberikan apresiasi, memberikan penghargaan dalam bentuk lambang non verbal yaitu pelukan.
“Menurut saya jauh lebih berharga pelukan itu dari pada segenggam piagam, karena pelukan itu bermakna dan piagam hanya formalitas dari benda yang disertakan tanda tangan. Pelukan pimpinan negara-negara dunia ke Jokowi itu dicatat oleh dunia, dan foto-foto tersebut akan menguasai ruang dan waktu,” jelasnya.
Lewat kepiawaian Jokowi meyakinkan negara-negara peserta KTT G7 dalam misi perdamaian Rusia-Ukraina, serta meminta negara-negara besar untuk membantu negara-negara berkembang dari bahaya krisis pangan membuat dirinya terlihat istimewa oleh pimpinan negara lain. Oleh sebab itu, Emrus meyakini betul Presiden Jokowi sudah layak diusung menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Maka itu saya berpendapat, dunia harus memberikan penghargaan kepada Jokowi sebagai Sekjen PBB akan datang. Kenapa tidak, karena konteks relasi hubungan internasionalnya, relasi pribadinya dan bagaiman dia menjadi tokoh pemecah masalah bagi dunia, dan itu sangat wajar jika Jokowi Sekjen PBB akan datang,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Rumah Politik Fernando Emas mengatakan, gaya komunikasi yang ditunjukan Presiden Jokowi ke kepala-kepala negara dunia di acara KTT G7 patut diacungi jempol. Pasalnya, selama kepemimpinannya Presiden Jokowi terlibat langsung menjadi fasilitator perdamaian bagi negara-negara berkonflik.
“Keluasan Pak Jokowi di dalam membangun hubungan dengan para pemimpin dunia ini memang patut kita acungi jempol. Pak Jokowi itu memang patut diperhitungkan dalam politik internasional, karena dianggap tidak ada dibawah kendali salah satu negara yang dianggap super power atau sejenisnya,” kata Fernando Emas.
Pengamat Politik ini pun memastikan, salah satu legacy Jokowi yang bisa mengantarkan dirinya menuju panggung politik internasional adalah menjadi fasilitator perdamaian Rusia-Ukraina, serta menyerukan negara-negara besar membantu negara berkembang dari bahaya krisis pangan yang ekstrim akibat konflik yang berkepanjangan.
“Indonesia itukan beberapa kali menjadi fasilitator perdamaian negara-negara, jadi kita berharap Pak Jokowi dimasa kepemimpinannya ada sebuah Legacy untuk tingkat internasional, misalkan berhasil mendamaikan Rusia-Ukraina, itu sangat diperhitungkan nanti dan Pak Jokowi bisa dipertimbangkan menjadi Sekjen PBB, dan jika itu berhasil,” jelasnya.
“Konsep yang dibangun oleh Pak Jokowi dan dilihat oleh negara-negara yang sudah mapan itu kan, salah satunya Amerika bahwa ini ada potensi menjadi salah satu poros, karena sama-sama mengajak negara-negara lain dalam memecahkan masalah krisis pangan dan perdamaian Rusia-Ukraina,” pungkasnya. (BJO)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)