PDIP sudah lepas dari bayang-bayang Jokowi dan Gibran. Jika tidak elektabilitas Prabowo akan menurun drastis, masyarakat juga sasaran respons negatif atas Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mendera Prabowo dan KIM.
RUANGPOLITIK.COM – Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud MD dan Anies Baswedan dengan Cak Imin sebagai bacapres maupuan bacawapres pada Pemilu 2024 mendatang. Namun, satu pasangan lainnya yakni Prabowo hingga saat ini belum menyebutkan atau mempublikasi cawapres yang akan mendampinginya dalam Pemilu 2024.
Ini kemudian menghadirkan pertanyaan pada publik, apa yang terjadi dengan koalisi Prabowo sehingga belum menyebutkan nama cawapres mereka. Yang jelas, hingga hari ini, dikatakan Pengamat politik Citra Institute Efriza, KIM masih pusing dalam menentukan sikap.
Di mana, bila memajukan Gibran sebagai cawapres, maka masyarakat akan merespon negatif. Efriza menjelaskan bahwa, kekhawatiran ini membuat KIM berpacu dengan waktu untuk mengajukan calon alternatif dengan mengabaikan Gibran yang tentu saja melalui permufakatan dari Jokowi dan Gibran.
“Pilihan ini sulit, namun kesolidan partai-partai patut dipertahankan, jika tidak partai-partai itu tidak akan keluar dari KIM tetapi mereka tak bergairah memenangkan Prabowo jika dipasangkan oleh Gibran, ini dapat berbahaya jika tak diselesaikan. Diyakini Prabowo tidak akan memilih last minute, mereka harus segera mengumumkan cawapres jika tak ingin mendapatkan respons negatif atas putusan MK,” jelas Efriza.
Sebab, PDIP sudah lepas dari bayang-bayang Jokowi dan Gibran. Jika tidak elektabilitas Prabowo akan menurun drastis, masyarakat juga sasaran respons negatif atas Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mendera Prabowo dan KIM.
Efriza menambahkan, KIM tersandera oleh menunggu instruksi dari Presiden Jokowi. Tak hanya itu, di sisi lain, mereka diyakini telah terjadi perdebatan sengit merespons situasi pasca putusan MK. Sebab ternyata Putusan MK memberikan ‘karpet merah’ kepada Gibran dilakukan dengan cara cacat hukum, penyelundupan hukum dengan hadirnya norma baru, akhirnya membuat publik merespons negatif.
“Jika dilanjutkan memajukan Gibran bukan kemenangan yang diraih malah kegagalan masuk putaran kedua menguat. Apalagi nilai pasar personal Gibran turun drastis, menyusut drastis, karena Ganjar sehari pasca putusan MK malah memilih Mahfud MD, juta pernyataan ketua umum Megawati yang menyatakan keputusan cawapres Ganjar bukan kepentingan keluarga. Akhirnya, pukulan telak dari PDIP menyebabkan Gibran nilai pasar personalnya sebatas Kepala Daerah saja,” kata Efriza.
Efriza menambahkan, saat ini KIM akan mulai memikirkan mencari alternatif terbaik calon yang diajukan. Diyakini saat ini mereka sedang melobi presiden untuk mengurungkan niatnya, sebab akan memalukan jika elektabilitas Prabowo nomor satu atau dua, tetapi ternyata tak masuk putaran kedua.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)