Anggota Babinsa Koramil di Lemahabang, Cirebon, Jawa Barat, Serda TNI Muhammad Sutami menggunakan motor trail Viar 200 CC sebagai kendaraan operasionalnya. Salah satu tugasnya adalah terjun ke lapangan, mendatangi desa-desa binaan.
RUANGPOLITIK.COM —Anggota TNI yang menggunakan sepeda motor dengan tambahan Nikuba memberikan ‘testimoni’ mengenai alat tersebut.
Dia menuturkan, jadi jarang membeli bensin atau bahan bakar minyak (BBM) semenjak menggunakan alat buatan Aryanto Misel itu.
Anggota Babinsa Koramil di Lemahabang, Cirebon, Jawa Barat, Serda TNI Muhammad Sutami menggunakan motor trail Viar 200 CC sebagai kendaraan operasionalnya. Salah satu tugasnya adalah terjun ke lapangan, mendatangi desa-desa binaan.
Berangkat dari Lemahabang, dia berkendara melintasi Cipejeh Wetan, Cipejeh Kulon, Belawa, Wangkelang, Putat, Kecamatan Sedong, lalu kembali ke Lemahabang. Total jarak yang harus ditempuh kira-kira 25 kilometer.
Di jok belakang motor yang dipakainya, terpasang sebuah mesin yang dilengkapi tabung penampung air. Mesin tersebut tidak lain adalah Nikuba.
Mesin tersebut menimbulkan pro dan kontra di Indonesia, lantaran diklaim bisa 100 mengkonversi air menjadi hidrogen. Kemudian pada akhirnya, dipakai sebagai pengganti BBM.
Nikuba juga diklaim sangat irit, hanya butuh satu liter air untuk menjalankan motor sejauh 500 kilometer. Sejak Nikuba dipasang pada motornya, Muhammad Sutami mengaku jarang membeli bensin.
Biasanya, dia tiga hari sekali harus mengisi tangki bensinnya penuh-penuh. “(Sekarang) ini bisa sampai seminggu baru isi bensin,” kata Muhammad Sutami, Minggu 15 Mei 2023, dikutip RuPol dari BBC, Rabu 12 Mei 2023.
Nikuba di Motor TNI
Per Mei 2023, sebanyak 11 unit Nikuba telah dipasang sebagai penunjang kendaraan operasional anggota TNI Kodam III Siliwangi, dari 30 unit yang dipesan. Termasuk yang digunakan oleh Muhammad Sutami di Koramil Lemahabang.
Aryanto Misel menuturkan, pihak Kodam Siliwangi bahkan sudah memesan puluhan motor Nikuba. Per Juli 2023 ini, pemesanan bahkan sudah menyentuh angka 50 unit.
“Itu 30, terus nambah lagi sebelum saya berangkat 20. Jadi 50. Itu di kodam 3 Siliwangi, langsung pesenan bapak Pangdam,” ucapnya.
Pemesanan tersebut pun menambah daftar kritik yang mengemuka seiring dengan viralnya Nikuba. Hal itu lantaran bagaimanapun, alat tersebut belum melalui proses pengujian secara ilmiah oleh pihak di luar pembuatnya.
Per akhir Mei, Nikuba masih dalam proses pengujian di Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)