Harga pakan ayam saat ini berada di kisaran Rp 8.500 per kilogram hingga Rp 8.700 per kilogram. Tingginya harga pakan ayam ini merupakan cerminan dari harga telur dan daging ayam yang mengalami kenaikan
RUANGPOLITIK.COM —Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan mengungkapkan dua faktor utama penyebab harga telur dan daging ayam naik drastis dalam dua pekan terakhir. Kedua faktor tersebut adalah faktor produksi dan distribusi.
Berdasarkan data dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, di Jabodetabek harga telur berada di kisaran Rp 31.000 hingga Rp 34.000 per kilogram. Di luar Jawa atau wilayah timur, telur mencapai harga Rp 38.000 per kilogram bahkan ada yang lebih dari Rp 40.000 per kilogramnya.
Sedangkan untuk harga daging ayam broiler, sudah mencapai Rp 40.000 di daerah Jabodetabek. Lalu di luar pulau Jawa, harga pasaran tertinggi mencapai Rp 44.000 sampai Rp 48.000. “Faktor produksi menjadi penyebab kenaikan harga di hulu. Para peternak kerap kesulitan mendapatkan pakan yang layak untuk hewan ternaknya,” ujar Daniel kepada wartawan, Selasa (23/5/2023).
Menurut Daniel, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan antisipasi yang mendukung peternakan ayam dan telur secara berkelanjutan. “Ini termasuk memberikan insentif dan bantuan kepada peternak dalam hal pengadaan pakan berkualitas, teknologi yang efisien, dan manajemen yang baik sehingga inflasi bisa ditekan,” jelas Daniel.
Harga pakan ayam saat ini berada di kisaran Rp 8.500 per kilogram hingga Rp 8.700 per kilogram. Tingginya harga pakan ayam ini merupakan cerminan dari harga telur dan daging ayam yang mengalami kenaikan.
Diketahui, pakan ternak ayam terbuat dari bahan baku jagung, konsentrat dan dedak bekatul. Produksi jagung dalam negeri, menurut Daniel, belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku pakan ternak sehingga produsen pakan ternak masih bergantung pada impor jagung dari luar negeri.
“Tingginya harga pakan ternak mempengaruhi harga daging ayam dan telur di pasaran. Peningkatan ini menimbulkan beban berat bagi peternak, sehingga harga pokok penjualan (HPP) juga mengalami kenaikan,” tutur Daniel.
Faktor kedua yang membuat harga telur dan daging ayam terus meroket adalah persoalan distribusi. Menurut Daniel, saat ini penyebab persoalan di hilir yakni kurangnya perhatian Pemerintah Daerah yang memiliki kewajiban menanggung biaya transportasi pendistribusian dari peternak ke pasar-pasar.
“Kemendagri kan sudah memberikan lampu hijau kepada Pemerintah Daerah agar mengalokasikan dana terhadap biaya transportasi bagi komuditas yang mengalami kenaikan sebesar 5 persen. Kami di DPR akan mengawasi penerapannya di lapangan,” sebut Daniel.
Selain itu, penyebab kenaikan harga telur dan daging ayam karena banyak pendistribusian dilakukan di luar pasar. Hal ini menyebabkan ketersediaan di pasar menjadi langka dan harga mengalami kenaikan.
Daniel pun mendorong agar pengawasan dan penerapan hukum yang ketat terhadap praktik monopoli, kartel, dan praktik bisnis yang merugikan konsumen harus menjadi prioritas Pemerintah.
“Penanganan yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kelangkaan dan peningkatan harga yang tidak wajar,” tegas Daniel.
Lebih lanjut, Daniel mengatakan DPR telah meminta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas segera memberi penjelasan dan mengambil tindakan pasca melonjaknya harga telur dan daging ayam dalam dua minggu terakhir. DPR menilai seharusnya, kenaikan harga dapat diantisipasi dengan fokus strategi dari hulu hingga ke hilir.
“Terkait dengan mahalnya harga telur dan daging ayam, Mendag harus memberi penjelasan dan segera ambil tindakan, seharusnya dilakukan sejumlah strategi antisipasi untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan harga telur di tingkat peternak, pedagang, dan konsumen,” pungkas Daniel.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)