Elektabilitasnya kemudian cenderung naik hingga puncaknya pada Januari 2023 hingga ke angka 37,8 persen. Setahun kemudian, pada Mei 2023, elektabilitas Ganjar Pranowo turun di angka 31,9 persen.
RUANGPOLITIK.COM —Profil dan tindakan calon presiden sangat menentukan elektabilitas atau tingkat keterpilihannya. Survei LSI Denny JA memperlihatkan elektabilitas capres Ganjar Pranowo yang diusung PDIP mengalami penurunan. Berbanding terbalik dengan elektabilitas Prabowo Subianto.
Setidaknya, ada tiga faktor penyebab elektabilitas Ganjar Pranowo turun. Penurunan itu terungkap dalam hasil survei LSI Denny JA yang dirilis pada Jumat (19/5).
Pada survei terbaru itu, elektabilitas Ganjar Pranowo cenderung naik sejak Mei 2022. Pada survei yang dirilis Mei 2022, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah ini masih di bawah Prabowo Subianto di angka 27,9 persen.
Elektabilitasnya kemudian cenderung naik hingga puncaknya pada Januari 2023 hingga ke angka 37,8 persen. Setahun kemudian, pada Mei 2023, elektabilitas Ganjar Pranowo turun di angka 31,9 persen.
Hasil survei yang sama membeberkan tiga penyebab dukungan terhadap Ganjar Pranowo menurun.
Pertama, muncul persepsi Ganjar Pranowo bukan tipe pemimpin yang kuat. Statusnya yang dideklarasikan dan dibincangkan publik sebagai ‘Petugas Partai’ melemahkan persepsi personal Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo dinilai sebagai pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan sendiri karena harus berkonsultasi atau direstui dulu setiap keputusannya oleh ketua umum partainya, yakni Megawati Soekarnoputri.
Bahkan, dalam FGD LSI Denny JA, ada yang menyatakan bahwa Ganjar Pranowo hanyalah Capres Boneka.
Kedua, buruknya kinerja Ganjar Pranowo dalam menangani masalah kemiskinan di Jawa Tengah. Data menunjukkan, Jawa Tengah adalah provinsi kedua termiskin di Pulau Jawa.
Kemiskinan di Jawa Tengah pada 2022 mencapai 10,98 persen. Bahkan, angka kemiskinan di Jawa Tengah melampaui rata-rata angka kemiskinan nasional yang pada 2022 sebesar 9,57 persen.
“Ganjar dipersepsikan gagal menangani kemiskinan yang menjadi salah satu isu penting dan prioritas bagi publik. JIka menangani kemiskinan di satu provinsi Jawa Tengah saja dianggap gagal, bagaimana bisa sukses menyejahterahkan 38 provinsi di Indonesia?” kata peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaribi di Jakarta, Jumat (19/5).
Ketiga, efek negatif batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Batalnya Indonesia sebagai tuan rumah memang bukan keputusan Ganjar Pranowo, namun keputusan FIFA.
“Namun, pernyataan Ganjar Pranowo yang ikut menolak keikutsertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 dianggap sebagai salah satu faktor penyebab batalnya Indonesia sebagai tuan rumah,” kata Adjie Alfaribi.
Survei LSI Denny JA menunjukan, 72 persen publik menyatakan kecewa gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah.
Ganjar Pranowo dianggap sebagai orang yang paling disalahkan atas gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
“Mayoritas publik Indonesia yang penggemar bola juga mendukung kemerdekaan Palestina. Tapi mengorbankan kepentingan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, dengan tak mau menerima tim Israel bermain di sini, sementara Dubes Palestina di Indonesia saja bisa memahami, itu adalah nasionalisme yang lebay,” terangnya.
Apa yang dialami Ganjar Pranowo berbanding terbalik dengan capaian Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang elektabilitasnya cenderung meningkat.
Pada survei Mei 2023, elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 33,9 persen, unggul atas Ganjar Pranowo dengan 31,9 persen, dan Anies Baswedan sebesar 20,8 persen.
Adjie menambahkan, sembilan bulan sebelum Pilpres 2024, peluang Prabowo Subianto untuk memenangkan pesta demokrasi lima tahunan lebih besar ketimbang peluangnya pada Pilpres 2014 dan 2019.
Dia mengatakan, meski Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan adalah tokoh populer, mereka belum sekuat Presiden Jokowi yang saat itu menjadi kompetitor Prabowo Subianto.
Menurutnya, lebih mudah bagi Prabowo Subianto mengalahkan Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan ketimbang mengalahkan Presiden Jokowi di zamannya.
“It is now. Hanya sekaranglah kesempatan terakhir Prabowo untuk terpilih sebagai Presiden RI. Kondisi ini memberikan semangat ekstra kepada Prabowo,” duganya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)