Penyataan Rommy itu bisa jadi sinyal PPP akan hengkang, karena Rommy seperti yang kita tahu adalah salah satu tokoh sentral di PPP
RUANGPOLITIK.COM – Ketua Dewan Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy (Rommy), secara mengejutkan menyebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) berpotensi pecah karena cenderung jalan di tempat. Koalisi yang dibangun oleh Golkar, PAN dan PPP itu, belum mencapai kesepakatan soal capres dan cawapres yang akan diusung.
Pengamat Politik Center for Strategic Islamic and International Studies (CSIIS) Dr Sholeh Basyari, meyakini itu merupakan sinyal yang nyata bahwa KIB sangat rapuh. Sebagai salah satu tokoh sentral di PPP, Rommy tidak hanya sekedar mengeluarkan pernyataan kosong, bisa menjadi pertanda kebijakan politik PPP setelah ini.
“Penyataan Rommy itu bisa jadi sinyal PPP akan hengkang, karena Rommy seperti yang kita tahu adalah salah satu tokoh sentral di PPP. Suara Rommy sangat menentukan di PPP, itu tidak bisa dibantah,” ujar Sholeh ketika dihubungi RuPol, Selasa (7/03/2023).
Lanjut Sholeh, sebagai Mantan Ketua Umum (Ketum) PPP, Rommy adalah sosok yang memiliki kapasitas untuk menentukan langkah politik PPP ke depan.
“Jadi pernyataan tersebut jelas tidak bisa diabaikan. Pasti itu keluar setelah Rommy menghitung masa depan KIB dan masa depan PPP sendiri. Saya membacanya, Rommy menilai potensi PPP di KIB tidak bagus, karena di sisi lain dia juga langsung berkomunikasi dengan PDIP,” sambung Aktivis Nahdlatul Ulama itu.
Setelah menyebutkan potensi pecahnya KIB pada acara PPP di Jawa Timur, Senin (6/03/2023), Rommy mengadakan pertemuan dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada Selasa pagi tadi. Dua peristiwa itu menurut Sholeh, bukan hanya kebetulan semata karena terjadi dalam rangkaian peristiwa yang berdekatan.
“Baca itu sebagai satu rangkaian peristiwa, pasti semua sudah paham. Dan maknai lagi Rommy sebagai aktor dalam dua peristiwa itu. Jadi buat Golkar dan PAN, ya siap-siap saja ditinggalkan. Hehe…,” papar Sholeh lagi.
Ada kemungkinan safari Rommy ke PDIP adalah untuk mengkomunikasikan pasangan Ganjar-Erick Thohir, yang akhir-akhir ini makin menguat. Karena Golkar yang masih ngotot untuk mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres, membuat pasangan itu sulit untuk masuk ke KIB.
“Itu manuver Rommy menunjukan dia tidak mau ketinggalan kereta, apalagi PAN telah lebih dahulu terang-terangan menyebut Ganjar-Erick. Tapi manuver itu jelas menyakiti Golkar dan PAN, karena tidak lagi memenuhi PT 20 persen jika ditinggal PPP,” pungkas pengajar di berbagai perguruan tinggi tersebut. (ASY)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)