RUANGPOLITIK.COM – Sekolah Islam Terpadu Insan Cendekia Boarding School atau yang lebih dikenal sebagai Pesantren ICBS, beberapa waktu terakhir mendapat perhatian khusus dari masyarakat.
Hal itu karena diberitakan berkali-kali terjadi aksi kekerasan fisik maupun bullying terhadap santri, bahkan ada yang sempat mendapat perawatan dan menderita trauma.
Berdasarkan catatan RuPol, sedikitnya ada 4 kasus kekerasan yang sempat mengapung. Kasus kekerasan terpantau pada pada pertengahan tahun 2022 kemudian 3 bulan setelah itu terjadi lagi kasus kekerasan bahkan sampai ke ranah hukum di Polres Limapuluh kota.
Pada saat itu tindak kekerasan berbuntut penganiayaan terhadap korban Af (14) oleh rekanya Ys (14) di asrama Umar 2 Pondok Pesantren ICBS di Jorong Lubuak Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota pada Kamis (8/09/2022).
Kasus kekerasan yang juga menyita perhatian publik terjadi tiga bulan lalu, yang mengakibatkan seorang santri dilarikan ke Rumah Sakit M. Jamil Padang untuk mendapat perawatan intensif.
“Putra saya harus saya keluarkan dari lembaga pendidikan ke agamaan di ICBS itu. Bukannya dapat pendidikan yang baik, malah anak saya jadi trauma,” ujar wali murid asal Kinali Pasaman Barat Ahmad Rizki .
Awalnya Ahmad Rizki sangat antusias mengantarkan anaknya menimba ilmu di ICBS tersebut, karena mendengar pendidikan agama di sekolah yang berpola pesantren tersebut sangat bagus.
“Justru yang terjadi sebaliknya, anak kami harus dilarikan ke rumah sakit akibat penganiayaan di Pondok Pesantren tersebut”, sambungnya.
Kemudian baru-baru ini terjadi lagi kekerasan dan bullying di asrama ICBS. Menurut keterangan dari orang tua murid, tak hanya terjadi pada anaknya namun juga kerap terjadi pada santri-santri lain baik di asrama Harau maupun Global.
Bahkan ia sampai menyebut ICBS hanya tampak bagus di luar, sementara di dalam busuk sekali.
“Terjadi pembullyan di asrama ICBS, sudah beberapa santri yang keluar sekolah dan ada beberapa santri yang daring ada juga kekerasan di asrama, malah ustad pembina malah menyudutkan santri,” ungkapnya di Harau, Kamis (16/2/23).
Ia menceritakan anaknya dipukul beberapa kali hingga berdarah di Asrama Global ICBS namun tidak ada tindakan dari pihak asrama. Ia juga mengungkap bahwa kejadian serupa terjadi di ICBS tak hanya terjadi pada anaknya juga pada anak-anak yang lain.
Sehingga katanya banyak santri yang keluar, pindah, tidak masuk sekolah hingga ada yang memilih daring. Rata-rata santri itu takut untuk kembali ke ICBS.
Terakhir juga terpantau juga ada tindakan ustad di ICBS yang tidak bijaksana dalam menangani kenakalan santri di ICBS.
“Seharusnya yang namanya anak-anak treatmennya tentu berbeda dengan orang dewasa, jadi kami lihat ini juga terjadi pada anak kami beberapa hari yang lalu dia diperlakukan tidak sepantasnya,” ujar salah seorang orang tua murid.
Sementara itu, Anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota, dari Fraksi Gerindra, Khairul Apit turut menyayangkan kerapnya terjadi kekerasan di ICBS.
“Sangat kita sayangkan jika kejadian tindak kekerasan kembali terulang disekolah yang sangat identik dengan pendidikan religi, kemungkinan tersebut tentu sebetulnya dapat diantisipasi bilamana pihak yayasan pendidikan yang terkenal berbiaya mahal ini lebih jeli lagi menangkal potensi kekerasan itu kembali terulang,” ujar Ketua Fraksi Gerindra tersebut.
Menurut Apit, isu maraknya kekerasan di IBCS itu telah membuat masyarakat bertanya-tanya, apakah ada regulasi atau pola pendidikan yang tidak tepat.
“Kalau kejadiannya berulang, berarti ada yang salah. Itu harus cepat disikapi, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena juga berdampak kepada nama baik daerah,” imbuh Ketua Fraksi Gerindra tersebut.
Klarifikasi Pihak Sekolah
Menyusul adanya indikasi tindak kekerasan yang selalu berulang di Pesantren ICBS, saat RuPol meminta konfimasi kepada Kepala Sekolah Ustad Roni Patihan melalui Humas Ustad Sony menyatakan jika persoalan ini sudah selesai dan masing-masing pihak sudah berdamai.
“Bagi kami selaku pengelola tentu harus berusaha memberikan pelayanan dan pengawasan yang ketat terhadap santri, kalau jumlah pembina dirasa kurang kami akan tambah agar intensitas pembinaan lebih baik,” ungkap Sony, Kamis(2/3/2023).
Dan ia menjelaskan jika saat ini hubungan santri yang menuntut ilmu di ponpes ini dalam keadaan baik.
“Sampai saat ini keadaan santri yang dimaksud baik-baik saja, karena memang tidak ada terjadi tindak kekerasan. Kecuali ada kesalah pahaman sesama teman dan itu sudah saling memaafkan di depan orang tua,” jelasnya.
Sony juga menjelaskan dengan isu kekerasan di lingkungan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Harau yang beredar dimedia online, pihak Pondok Pesantren modern tersebut melakukan tabayun dengan para santri beserta wali murid yang difasilitasi oleh pihak kenagarian Tarantang Jumat (17/2/2023).
Mediasi dihadiri oleh Pihak ICBS yaitu Ust. Soni, Ust. Ahmad fadlan, Ust. Mustamir, Ust. Muzakir, Yetti selaku wali murid Milo , Roni mamak Milo, Sudahri Wali Nagari Tarantang, Yusrizal Bamus Nagari Tarantang, Ermi Dt Marajo Ketua KAN Nagari Tarantang dan 12 santri lainnya yang terlibat. (SYF)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)