RUANGPOLITIK.COM — Nasib tragis dialami E, 15, siswa salah satu SMP negeri di Kota Solo. Dia ditemukan tak bernyawa di lahan kosong, tepat di belakang pabrik pengolahan kayu di Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Senin malam (23/1/2023) sekitar pukul 00.00. Diduga, korban dibunuh laki-laki tak dikenal usai berkencan di sebuah hotel.
Jasad korban ditemukan bersimbah darah, dengan posisi tubuh terlentang. Mengalami luka di bagian kepala dan leher, diduga akibat pukulan benda tumpul. Saat ditemukan, pakain korban masih utuh. Mengenakan kaus warna biru muda dan celana jeans warna biru tua.
Jono, 45, penjaga malam pabrik pengolahan kayu mengaku baru mengetahui peristiwa tersebut Selasa dini hari (24/1/2023), sekira pukul 02.00. Dia dihampiri ketua RT setempat bersama warga.
“Saat saya keluar, sudah banyak orang. Polisi juga banyak. Lokasi (pembunuhan) sudah dipasangi garis polisi,” ujarnya.
Menurut Jono, dia juga sempat ditanya pihak berwajib. Meminta rekaman CCTV yang terpasang di pabriknya. Namun saat dicek, CCTV tersebut dalam kondisi mati. Kemudian petugas mengamankan rekaman CCTV, dari tempat karaoke di ujung jalan masuk tempat kejadian perkara (TKP).
“Setahu saya, dari rekaman CCTV di tempat karaoke, ada kendaraan masuk berboncengan. Tapi saat keluar gang sendirian,” imbuhnya.
Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan menjelaskan, korban merupakan warga Kecamatan Grogol. Awalnya, korban keluar rumah Selasa siang. Minta diantar temannya, NTO, 18, warga Desa Menuran, Kecamatan Baki, ke sebuah hotel di Kartasura.
Diketahui korban hendak berkencan dengan pria hidung belang yang diduga pelaku pembunuhan. Korban dihubungi laki-laki tersebut melalui sebuah aplikasi perkencanan.
“Selesai mengantarkan korban, NTO langsung pulang,” ungkap Kapolres.
Sekira pukul 17.00-18.30, NTO menghubungi korban melalui aplikasi WhatApp (WA). Meminta korban segera pulang, karena sudah dicari ibunya. Namun handphone (HP) korban ternyata mati.
Tak kurang akal, NTO mencoba menghubungi pacar korban, IN, 19. Kemudian IN mengaku sekira pukul 15.30, korban sempat share lokasi TKP.
“Malamnya, NTO dan IN menuju ke lokasi yang di-share korban. Setiba di TKP, mereka mendapati korban sudah meninggal dunia,” jelas kapolres.
Di lokasi kejadian, ditemukan bungkus kondom warna yang masih utuh. Kemudian sebungkus rokok warna putih, serta sebuah lip cream (krim untuk bibir) berwarna hitam.
“Kami sudah melakukan olah TKP. Memeriksa saksi dan juga CCTV. Jasad korban sudah dibawa ke RSUD Dr Moewardi Surakarta untuk diotopsi,” ungkap kapolres.
Di mata gurunya, E, korban pembunuhan sadis di Desa Pandeyan, Grogol, merupakan siswa yang rajin di sekolah. Dia juga dikenal tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar aturan sekolah. Tak heran para guru di sekolahnya sempat syok, lantaran E dibunuh usai hohohihe melalui aplikasi perkencanan.
Duduk di bangku kelas IX, E harusnya akan mengikuti ujian. Tepatnya pada Maret mendatang. Sebelum itu, lanjut D, seluruh siswa kelas IX akan mengikuti latihan ujian bulan depan.
“Harusnya dia ikut latihan dulu pada Februari, kemudian ujian pada Maret bersama teman-temannya. Selama ini dia dikenal siswa yang baik,” beber Dwi.
Sementara itu, suasana duka menyelimuti kediaman korban, kemarin. Irak tangis pecah, ketika ambulans yang membawa jenazah korban tiba di rumah duka, sekira pukul 13.45. Bahkan ibu korban, EM, sempat berteriak histeris. Tak kuasa menahan kesedihan. Sedangkan ayah korban, JW, berusaha menenangkan sang istri.
Usai tiba, jenazah korban langsung disalatkan di masjid setempat yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah duka. Jenazah selesai disalatkan pukul 14.15.
“Kami mendapat kabar (kematian E) dari pamong desa dan Polsek Grogol. Lalu kami segera ke RSUD Dr Moewardi Surakarta,” ujar paman korban, JK.
JK mengaku, saat kejadian korban sejatinya sempat diajak menghadiri acara keluarga. Tapi menolak, justru pergi keluar rumah. “Ya tidak menyangka, keponakan saya meninggal dalam kondisi seperti itu. Kami menyerahkan semuanya kepada pihak berwajib,” hematnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)