RUANGPOLITIK.COM — Hubungan Koalisi Indonesia Raya (KIR) kembali digoyang dengan mandegnya sikap politik partai Gerindra yang masih belum memberikan arah politik yang jelas terkait mitra koalisinya yakni PKB.
Bahkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, hingga kini koalisi Gerindra dan PKB belum membicarakan soal pencapresan.
“Sampai sekarang, keduanya belum berunding untuk memutuskan calon presiden, apalagi calon wakil presiden,” kata Ahmad Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/11).
Menanggapi hal ini pengamat politik dan Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari saat dihubungi RuPol, Sabtu (26/11) mengatakan koalisi ini sebaiknya dihentikan saja.
“Dengan preseden ini, idealnya PKB tidak melanjutkan kerjasama dengan Gerindra,” ujarnya.
Sholeh menilai sudah tak ada alasan lagi bagi PKB untuk bertahan dengan mitra koalisinya yakni Gerindra yang tak juga menunjukkan sikap tegas. Bahkan kabarnya Gerindra malah melirik Ganjar sebagai kandidat di pilpres.
“Sebagai icon parpol yang gesit, ‘opertunis’ dan berorientasi kekuasaan, pilihan ideal PKB adalah memperkuat koalisi perubahan atau gabung dengan KIB. Sedang jika gabung dalam KIB, pasangan Cak Imin-Erick Thohir, bisa mewujud sebagai alternatif yang sangat fresh,” jelas Sholeh.
Apalagi jika saat ini, jika parpol hanya menggantungkan pada nama besar Jokowi, menurut Direktur CSIIS ini akan merugikan parpol itu sendiri.
“Jokowi tampak lebih lemah menjelang akhir kekuasaannya,” ulas Sholeh.
Karena itu, menurutnya semakin berkuasa seorang pemimpin maka akan mustahil ia bisa melanggengkan kepemimpina tersebut. Hal ini bisa terlihat dari riwayat presiden sebelumnya tak ada yang bisa langgeng dalam kekuasaan.
“Jika kita lihat flashback terkait suksesi kepemimpinan nasional pasca reformasi, tidak satupun parpol yg mencetak hattrick. Mulai Gus Dur, Megawati hingga SBY, tidak ada yg mampu mewariskan kepemimpinan tiga periode beruntun,” jelasnya.
Hal ini sejalan dengan ucapan Cak imin sebelumnya yang mengancam akan membentuk koalisi baru jika Prabowo nekad berpasangan dengan Ganjar.
“Idealnya PKB berlabuh ke koalisi perubahan atau KIB. Gertakan Cak Imin membentuk komposisi baru manjur menekan Gerindra. Dengan gabung ke Koalisi Perubahan, PKB bisa mengunci Anies cak Imin, sebagai capres-cawapres,” pungkasnya.
Karena itu Sholeh menilai langkah bijak bagi PKB adalah meninggalkan Gerindra jika keberadaan PKB sebagai mitra koalisi tak dihargai.
“Pilihan ini lebih strategis dan prospek dibandingkan berada dibarisan Gerindra dan PDIP. Secara Semar terlihat, PKB sekedar sebagai pelengkap di antara dua parpol gajah ini,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati