RUANGPOLITIK.COM — Pertemuan antara calon presiden Anies Baswedan dengan Gibran Rakabuming Raka, Selasa (15/11) di Novotel Solo tadi pagi tak bisa dianggap biasa. Apalagi Anies Baswedan merupakan rivalitas PDI-Perjuangan yang juga memiliki hubungan kurang lancar dengan Presiden Jokowi yang notabene ayah dari Walikota Solo ini.
Menanggapi pertemuan dua politisi ini, pengamat politik Efriza, saat dihubungi RuPol, Selasa (15/11) berpandangan jika Gibran ingin menjaga komunikasi politik dengan siapapun. Apalagi Anies memiliki pengalaman sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menjadi percontohan bagi Gibran untuk kota Solo yang dipimpinnya.
“Kuat dugaan Gibran juga menginginkan kepemimpinan saat ini, yang dijalankan oleh Ayahnya sebagai Presiden dapat dilanjutkan oleh Presiden berikutnya. Sehingga, nantinya akan berdampak positif terhadap negara ini, dan juga berefek terhadap sosok diri dan keluarganya,” jelas Efriza.
Sejak terjun di dunia politik, Efriza menilai Gibran berbakat sebagai komunikator handal. Sebelumnya ia juga pernah bertemu dengan kritikus yang getol mengkritik kinerja ayahnya sebagai presiden. Dan Gibran secara terang-terangan mengatakan Rocky Gerung adalah guru idolanya.
“Gibran potensial sebagai komunikator politik, terkait dengan upaya pemilu tidak lagi terjadi persaingan yang sengit,” jelasnya.
Sementara itu, jika melihat peluang yang ada hari ini, kecil kemungkinan Gibran untuk menjadi cawapres Anies, setelah sebelumnya Rocky Gerung mengatakan yang cocok menjadi cawapres Anies Baswedan adalah Gibran. Karena ia bisa menyatukan dan mengambil lumbung PDI-P, tentunya akan berdampak iklim sejuk pada pilpres mendatang.
Dosen ilmu politik ini menambahkan jika Gibran tidak memungkinkan cawapres. Ia tak memenuhi syarat sebagai cawapres. Ini berdasarkan Pasal 169 huruf q UU No. 7/2017 yang tak direvisi bahwa persyaratan capres dan cawapres, “berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun.”
‘Kemungkinan Anies hanya bertukar pikiran. Gibran melihat keberhasilan Anies dalam membenahi Transportasi Umum, seperti pernyataan Gibran,” jelasnya.
Efriza menilai, jika merujuk pernyataan Gibran tersebut, kuat dugaan adalah Gibran sedang mempelajari mengenai DKI Jakarta. Gibran memang punya kans maju di Ibu Kota, jika tak memilih melanjutkan menjadi walikota Surakarta maupun menolak diajukan sebagai Gubernur Jawa Tengah.
“Patut diapresiasi keduanya yang tidak mengedepankan ego dan persaingan, melainkan saling mengapresiasi,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati