RUANGPOLITIK.COM – Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari menyikapi sepak terjang sosialisasi pencapresan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang kian masif.
Baru-baru ini, PKB menawarkan Muhaimin untuk berduet dengan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, namun Gerindra masih akan melakukan komunikasi dengan berbagai partai.
“Prabowo harus pintar-pintar memilih pasangan, jangan sampai salah pilih lagi yang akibatnya Prabowo akan selalu jadi capres abadi,” ujar Sholeh melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Minggu (8/5/2022).
Daripada Prabowo berpasangan dengan Muhaimin, menurut Sholeh akan lebih baik kembali berpasangan dengan Sandiaga Uno.
“Kalau dengan Sandiaga pasti masyarakat sudah lebih mengenal, dan pasangan ini cukup kuat waktu Pilpres 2019, hanya saja lawannya ketika itu Presiden Jokowi yang merupakan petahana. Namun jika dengan Cak Imin, tentu harus memulai dari nol,” lanjutnya.
Aktivis muda NU yang cukup vokal itu juga melihat sosok Muhaimin Iskandar tidak lagi menarik untuk menjadi cawapres, karena begitu kontroversial.
Elektabilitas yang semakin merosot pada berbagai lembaga survey, menurut Sholeh cukup jadi alasan bagi Prabowo untuk tidak mempertimbangkan Muhaimin.
“Saat ini Cak Imin itu tidak menarik dan tidak ideal bagi siapapun, tidak ada reasoning (alasan) yang terukur untuk menggandeng Cak Imin bagi para kandidat capres lain. Jikapun ada, itu hanya karena faktor dia sebagai ketua umum parpol,” terangnya.
Berita terkait:
PKB Tawarkan Koalisi, Gerindra: Asal Prabowo Capresnya
Aktivis NU Bicara Peluang Nahdliyin di Pilpres 2024, Muhaimin Tersingkir?
Sholeh Basyari: Pernyataan Muhaimin ke Gus Yahya Picu Perpecahan Nahdliyin
Safari di Jatim, Pengamat: Prabowo Manfaatkan ‘Arogansi’ Muhaimin
Sholeh Basyari juga menjelaskan alasan kenapa tidak menariknya Muhaimin untuk konstetasi pilpres mendatang.
“Pertama, adanya konflik laten di internal PKB yang kian kesini kian besar. Konflik internal ini akan terus mengganggu Muhaimin. Walau saat ini belum mengapung ke permukaan, tapi di dalam bara nya sudah sangat panas, asapnya sudah menggumpal keluar, saya rasa ini tinggal menunggu waktu saja akan memanggang semuanya,” papar Sholeh.
Kedua, menurut Sholeh adalah perseteruan yang kian memburuk antara Muhaimin dengan PBNU di bawah Yahya Cholil Staquf.
“Ini benar-benar sudah terbuka lebar. Cak Imin terlihat tidak bijak dalam menyikapi ini dan tidak berusaha untuk meredam. Malah terakhir kemarin, Cak Imin seperti mengobarkan lagi perang terbuka dengan menyinggung nama Gus Yahya, padahal Gus Yahya dalam kondisi pasif. Ini semua dalam pantauan Nahdliyin, sehingga banyak yang anggap Cak Imin kurang adab kepada Kiai,” sambungnya.
Jadi Sholeh menyarankan kepada Muhaimin untuk bisa berlapang hati dan melupakan semua impian untuk pencapresannya.
“Dengan dua alasan itu saja, sudah tidak mungkin rasanya ada yang mau menggandeng untuk pilpres. Jadi, sudahlah Cak Imin, tiada pesta yang tidak berakhir!” pungkas Sholeh. (YON)
Editor: Bejo. S
(RuPol)