RUANGPOLITIK.COM – Lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) merilis hasil calon presiden (capres) dengan elektabilitas tertinggi pada bulan Maret 2022 lalu.
Pada hasil survey tersebut terdapat beberapa nama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi pilihan responden, antara lain Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, Abdul Somad dan Erick Thohir.
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menyampaikan analisa dari hasil survey tersebut, terutama untuk capres yang akan menjadi pilihan dari warga NU.
“Jika membaca peluang dan porsi elektabilitas, dibanding Muhaimin, ET (Erick Thohir) memang jauh lebih potensial. Pada hasil survey IPO, ET mendapatkan elektabilitas tertinggi dari nama-nama yang berasal dari kalangan NU,” ujarnya kepada RuPol, Minggu (10/4/2022).
Dedi Kurnia menyebutkan untuk saat ini, elektabilitas Erick Thohir memang masih berada pada level bawah kalau dibanding dengan Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
“Tapi khusus untuk kluster NU, ET sudah tertinggi. Dengan potensi yang masih sangat terbuka untuk melejit, apalagi kalau warga NU sudah sepakat untuk memunculkan satu nama saja,” lanjutnya.
Dengan sosok Erick Thohir yang lepas dari politik identitas kelompok tertentu, menurut Dedi, sudah selayaknya Erick menjadi alternatif menggantikan Muhaimin Iskandar sebagai capres dari kluster NU.
“Yang jelas menjual sosok ET sangat mudah pada kalangan Nahdliyin, karena ET sendiri sudah merupakan bagian dari NU. ET sudah menjadi anggota banser, tidak perlu ragu lagi atas identitas ke-NU-annya. Apalagi ‘simbol’ NU di politik selama ini, yakni Muhaimin terlihat semakin susah untuk menaikkan elektabilitasnya,” terang Dedi.
Berita terkait:
Resmikan Sekretariat GET One DKI Jakarta, Lukman Edy: Erick Thohir Capres Potensial
Survey CSIIS: Erick Thohir Makin Mendapatkan Tempat di Hati Warga NU
Erick Thohir Unggul di Sejumlah Simulasi Capres-Cawapres
Bukan Ganjar, Jokowi Pilih Erick Thohir Sebagai Penerus Kepemimpinannya
Kesulitan bagi Muhaimin untuk meningkatkan elektabilitasnya, juga terkait dengan beberapa manuver kontroversial Ketua Umum PKB tersebut.
“Yang paling berdampak adalah wacana penundaan pemilu yang pertama sekali mengapung dari Muhaimin. Hal itu sangat berpengaruh pada tingkat keterpilihannya, karena terbukti dari hasil survey labih dari 80 persen masyarakat menolak penundaan pemilu. Hal itu menandakan Muhaimin tidak respon dengan keinginan masyarakat,” sambung Dedi.
Hal tersebut juga berdampak langsung kepada PKB, karena dari hasil survey terhadap wacana penundaan pemilu, pemilih PKB juga banyak yang menolak.
“Manuver Muhaimin, Airlangga dan Zulkifli Hasan itu membawa pengaruh signifikan terhadap partai mereka masing-masing. Para pemilih akan melihat manuver mereka hanya berdasarkan asumsi dan kepentingan pribadi saja, sangat rawan partai-partai tersebut ditinggal pemilihnya,” pungkas Dedi Kurnia. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)