RUANGPOLITIK.COM-Pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyiratkan bahwa dibalik pertemuan tersebut ada perintah dari istana.
Pengamat Politik Efriza menilai, ada perintah istana kepada Partai Golkar untuk membujuk Partai NasDem agar satu suara terkait wacana penundaan Pemilu 2024.
“Presiden Jokowi menyiratkan situasi Istana masih berupaya menjajaki kemungkinan dilakukan penundaan pemilu 2024 mendatang. Upaya penjajakan dan penggalangan dukungan disinyalir masih terus bergulir,” kata Efriza, kepada RuPol, Jumat (11/3/2022).
Lebih lanjut, Efriza mengatakan, Pemerintah saat ini tengah melakukan akrobat dengan memberikan ruang kepada Airlangga Hartarto melakukan manuver sekaligus pertemuan dengan Surya Paloh dari Partai Nasdem.
Apalagi, Airlangga Hartarto mengeluarkan pernyataan untuk ketua-ketua umum partai politik pendukung pemerintahan untuk mendiskusikan bersama terkait isu penundaan Pemilu 2024.
Berita Terkait:
Pengamat: Koalisi Nasdem dan Golkar Sulit Terwujud di Pilpres 2024
Ketum Nasdem Sebut Tidak Ada Alasan Untuk Presiden Lakukan Reshuffle Kabinet
NasDem Tepis Pertemuan Dengan Ketum Golkar Bahas Soal Penundaan Pemilu 2024
“Kehadiran Airlangga dan pernyataannya itu menyiratkan bahwa Airlangga memiliki peran penting dalam melakukan musyawarah dan mufakat,” ucapnya.
“Airlangga memiliki misi besar untuk mewakili kehendak Istana. Musyawarah dan mufakat memang jalur yang ditempuh untuk menunjukkan sikap kebersamaan dalam gotong royong,” sambung Efriza.
Menurut Efriza, perintah istana bukan saja sikap buruk dan preseden buruk, tetapi cara terburuk yang dijalankan oleh Istana. Dengan mengatasnamakan demokrasi untuk kepentingan menunda pemilu 2024 ataupun memperpanjang masa jabatan presiden.
“Patut ditungggu apalagi reaksi dari Presiden Jokowi, cukup sudah kita menunggu statement Presiden, yang sekarang kita tunggu adalah sikap tegas yang akan diambil oleh pemerintah dalam bentuk diri mematuhi konstitusi,” imbuhnya. (AFI)
Editor: Andre
(RuPol)