RUANGPOLITIK.COM – Posisi PKB diminati para capres, karena dinilai akan menjadi partai penentu dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Sebagai anak kandung dari organisasi keagamaan terbesar Nahdlatul Ulama (NU), yang memiliki anggota lebih dari 70 juta orang, PKB menjadi magnet yang kuat untuk para capres yang akan bertarung di Pilpres.
Pascapengumuman pengurus PBNU dibawah komando KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), ada sedikit pengaruh kepada posisi PKB di NU, karena Gus Yahya mulai membuka diri terhadap banyak partai.
“Gus Yahya ingin menegaskan bahwa NU rumah besar bagi semua. Posisi PKB memang sedikit tidak diuntungkan, karena selama ini PKB begitu identik dengan NU. Golkar, PPP dan PDIP malah mendapat angin,” ujar Pengamat Politik Adi Prayitno kepada RuPol, Senin (17/1/2022).
Namun PKB diperkirakan masih akan tetap eksis di Pemilu 2024 mendatang, karena jatidiri sebagai wadah politik para Nahdliyin masih melekat kuat.
Hal ini juga yang membuat PKB akan menjadi magnet bagi para calon presiden (capres), karena mendapatkan dukungan dari PKB, berarti bisa membawa nama NU.
Baca juga:
Gus Yaqut Berpeluang Geser Cak Imin, Jika Bisa Yakinkan Elit dan Massa PKB
Gus Muhaimin: Ajak Masyarakat, Jangan Pilih Parpol yang Tidak Lolos ke Parlemen
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) itu menyebutkan PKB pasti akan mendorong kadernya untuk maju di Pilpres, karena posisi PKB yang strategis.
“Kalau PKB masih dipimpin oleh Cak Imin, tentunya Cak Imin yang akan diusung oleh PKB di Pilpres. Sangat kecil kemungkinan ada perubahan,” ujar Adi.
Saat ditanyakan tentang kemungkinan ada perubahan pada kepemimpinan di PKB, terutama setelah berhembusnya isu Menteri Agama Yaqut Cholil Coumas (Gus Yaqut) juga ingin menjadi ketua PKB, Adi berpendapat sulit terjadi, karena posisi Muhaimin Iskandar yang masih kuat di internal PKB.
“Itu sulit diprediksi, masih sangat gelap. Tapi kalau saat ini yang jelas Cak Imin masih sangat kuat dan dukungan dari bawah masih solid. Tapi dalam politik apapun bisa terjadi dalam sekejap. Misalnya dalam kasus dualisme Demokrat, siapa yang menduga sebelumnya,” paparnya.
Sementara itu, menanggapi kemungkinan Gus Yaqut tertarik menjadi calon wakil presiden, Adi Prayitno melihat adanya potensi itu, mengingat saat ini Kakak Kandungnya sendiri adalah Ketum PBNU.
“Ya sebenarnya ada potensi. Saat ini NU sudah bisa dibilang berada di tangan, karena Gus Yahya adalah kakak kandungnya. Tapi nama-nama yang beredar saat ini kan sudah terlalu banyak, semua untuk cawapres. Satu lagi, nama Gus Yaqut belum muncul di survey-survey. Agak sulit juga ya,” pungkasnya. (AFI)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)