RUANGPOLITIK.COM – Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya kembali menegaskan, batasan keterlibatan Nahdatul Ulama (NU) pada partai politik praktis.
NU ingin menjadi wadah komunikasi semua perwakilan partai politik, termasuk tak mencampuri urusan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“PKB memang diinisiasi dan dideklarasikan para pengurus PBNU. Tapi sekali lagi, tidak boleh lalu NU dikooptasi PKB,” ujarnya dalam program Newsroom CNNIndonesia yang dikutip RUANGPOLITIK, Sabtu (1/1/2021).
NU tidak boleh mencampuri urusan internal PKB, karena PKB adalah parpol. NU harus menjauh dari politik praktis.
Gus Yahya tak ingin NU menjadi pihak dalam sebuah kompetisi politik.
“Yang kita inginkan, NU tidak menjadi pihak dalam kompetisi politik, NU secara institusional, secara kelembagaan,” katanya.
“Hal itu sesuai keputusan Muktamar 1984,” tandas Gus Yahya.
Baca juga:
Nama Nusron Wahid Mengapung sebagai Sekjen NU
Gus Yahya mengatakan, jika dihitung, walaupun pihaknya berusaha membersihkan semua yang berbau politik dari NU, benar-benar mensterilkan NU dari berbagai pengaruh politik, sangat sulit sekali.
“Strategi yang lain, kita berbagi ruang dalam NU sehingga setiap pihak yang mungkin punya kepentingan yang berbeda-beda tetap di dalam NU sehingga bisa saling mengontrol, bisa saling mengawasi,” katanya.
Dia tak ingin ada satu pihak pun yang akan memonopoli, mengkooptasi NU dan sebaliknya untuk satu kepentingan politik sepihak.
“Semua kesepakatan bersama mengenai kepentingan bersama,” ujarnya.
Gus Yahya menyebut pengurus NU yang berkecimpung di struktur partai politik, tetap ada peluang terlibat di dalam NU.
“Tapi tidak boleh hanya satu warna. Semuanya harus dapat kesempatan,” pungkasnya.
Editor: Herman BM
(RuPol)