Turut Menjadi Pemersatu Partai Golkar
Mulai berkenalan dan bergumul ilmu dengan para tokoh-tokoh politik, terutama dari Partai Golkar seperti GInanjar Kartasasmita, Akbar Tanjung dan tokoh-tokoh lainnya itu, membuat Ace kemudian juga melabuhkan pilihan politiknya ke Partai Beringin tersebut.
“Saya melihat walau Golkar bukan partai islam (agama), tapi tokoh-tokohnya mempunyai nilai-nilai agama yang tinggi. Kita tahu Pak Akbar mantan Ketua HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), Pak Ginanjar orang yang taat beribadah. Itulah yang membuat saya masuk Golkar pada tahun 2004. Tapi sebelumnya saya juga sudah aktif berdiskusi dengan Pak Agus Gumiwang, yang membuat saya makin tertarik,” jelasnya.
Dalam perjalanan panjang bersama Partai Golkar, Ace mengaku mendapatkan berbagai pengalaman yang membuat dirinya merasa semakin matang dalam berpolitik, diantaranya saat terjadi perpecahan dalam tubuh partai tersebut di tahun 2014-2015 lalu.
Sebagai sosok yang mendapatkan pendidikan agama sedari kecil, Ace sangat menyadari perpecahan itu dilarang dalam agama, sehingga dirinya bersama tokoh-tokoh muda Golkar lainnya berusaha untuk mempersatukan lagi.
“Jadi awal perpecahan itu terjadi saat Golkar mendukung Prabowo-Hatta, ada beberapa orang tokoh senior Golkar menyatakan mendukung Pak Jokowi dan Pak Yusuf Kalla. Saya sebenarnya masuk ke dalam kelompok yang mendukung Pak Jokowi-Kalla, dengan alasan Pak JK adalah kader Golkar,” terangnya.
“Tetapi selesai Pilpres perpecahan itu semakin melebar, sampai kemudian terjadi dualisme. Sebagai orang muda, saya bersama Pak Agus Gumiwang dan teman-teman lainnya berpikir untuk menyatukan lagi. Itulah, setelah berkali-kali pertemuan dengan tokoh-tokoh senior itu. Alhamdulillah akhirnya bersatu lagi,” ujar mantan salah satu Juru Bicara Jokowi – Maruf Amin pada Pilpres 2019 lalu itu.
