RUANGPOLITIK.COM-Anggota DPR RI fraksi PDI-P Masinton Pasaribu menyebut Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan merupakan penggagas wacana Presiden tiga periode yang menyebabkan demo pada 11 April 2022 kemarin berlangsung.
Pengamat Politik Citra Institute Efriza menyebut meski Menteri Kabinet Indonesia Maju khusunya Menko Marves Luhut sering dikritisi oleh PDI Perjuangan, Presiden Joko Widodo akan tetap memilih Luhut ketimbang partainya sendiri.
Hal itu karena, Luhut memiliki pengaruh dengan partainya yakni Partai Golkar dan juga pengaruh dari militer karena rekam jejaknya.
“Sebaliknya, Luhut dianggap menguntungkan presiden, karena pusaran konflik teralihkan dari yang semestinya terhadap presiden malah menjadi kepada Luhut,” kata Efriza, kepada RuPol, Selasa (12/4/2022).
“Jadi, iklim politik yang pragmatis dari partainya sendiri menyebabkan presiden juga jenggah berbulan madu dengan PDIP, lebih baik bermain hati dengan Luhut yang memang dapat dipercaya dan berani mengambil resiko untuk bosque nya,” tambahnya.
Berita Terkait:
Luhut Tak Dipecat Jokowi, PDIP Bisa Jadi Oposisi
Pengamat: Jokowi di Persimpangan Jalan Antara Luhut dan PDIP
Keras! Masinton: Tunjuk Batang Hidung Menteri Penghembus 3 Periode
Larangan Jokowi, Herzaky Demokrat Sebut Jokowi Cuci Tangan
Lebih lanjut, terkait desakan mereshuffle Luhut, menurut Efriza hal itu tidak akan dilakukan oleh Presiden Jokowi. Sebab, melengserkan Luhut membuat PDIP bertepuk tangan, dan malah menjerumuskan Istana dalam bulan-bulanan pusaran konflik. Dan, konflik akan tertuju pada Jokowi.
“Oleh karena itu, Jokowi dalam tahun terakhirnya tidak teramat memperhitungkan PDIP. Dorongan yang dikhawatirkan oleh Presiden adalah dari masyarakat,” ungkapnya.
Efriza menilai, dengan adanya Luhut, Jokowi dapat melakukan posisi tawar dan bisa menekan PDIP, misalnya, dengan terjadinya pertemuan antara Luhut dan Puan Maharani, yang cukup membuat suara PDIP yang kencang menjadi mengendur.
“Jokowi pun memahami itu, ketika Masinton menyatakan Luhut berwatak Tiran, Istana malah menunjuk Luhut dalam posisi baru untuk pengelolaan sumber daya air,” imbuh Efriza. (AFI)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)