Hari terpanas terjadi pada 5, 6, dan 7 Juli 2023 dengan rata-rata suhu global melampaui ambang batas 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri.
RUANGPOLITIK.COM —Juli 2023 menjadi bulan terpanas dalam 120.000 tahun terakhir. Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) Antonio Guterres.
Laporan itu dikeluarkan oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) yang didanai Uni Eropa. Mereka mengatakan, suhu terpanas sepanjang sejarah di dunia terjadi pada 3 minggu pertama bulan Juli 2023.
Gelombang panas juga melanda sebagian besar Amerika Utara, Asia, dan Eropa. Hal ini terjadi bersamaan dengan banyaknya kebakaran hutan di Kanada dan Yunani.
“Juli 2023 telah memecahkan suhu terpanas yang pernah tercatat,” ujar Antonio Guterres dalam pernyataan pers di markas besar PBB di New York, dikutip Pikiran-Rakyat.com pada Jumat, 28 Juli 2023.
Hari terpanas terjadi pada 5, 6, dan 7 Juli 2023 dengan rata-rata suhu global melampaui ambang batas 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri.
Antonio Guterres menyebutkan, laporan ini adalah peringatan bagi umat manusia di seluruh negara di dunia.
“Untuk sebagian besar Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa, ini adalah musim panas yang kejam. Untuk seluruh planet, ini adalah bencana. Sedangkan, bagi para ilmuwan, ini tidak diragukan lagi bahwa manusia yang harus disalahkan,” ujarnya.
“Perubahan iklim ada di sini mengerikan. Ini bahkan baru permulaan. Era pemanasan global telah berakhir, era pendidihan global telah tiba,” ujarnya.
Menurutnya, sejumlah dampak mengerikan akan terjadi pada kehidupan manusia di Bumi. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, dan lanjut usia.
“Konsekuensinya tragis: Anak-anak tersapu oleh hujan monsun. Bannyak korban dari kobaran api. Para pekerja pingsan karena panas terik. Tidak ada lagi keragu-raguan atau alasan. #ClimateAction sekarang,” ujarnya.
“Udaranya tidak bisa dihirup. Panas tak tertahankan. Dan tingkat keuntungan bahan bakar fosil dan kelambanan iklim tidak dapat diterima. Pemimpin harus memimpin. Tidak ada lagi keraguan. Tidak ada lagi alasan. Tidak perlu lagi menunggu orang lain bergerak lebih dulu,” ujarnya lagi.
Editor: B. J Pasaribu
 (RuPol)
 
 









