Presiden Jokowi menegaskan ASEAN harus tetap terbuka dan bisa bekerja sama dengan negara mana pun. Dengan demikian, setiap masalah bisa diselesaikan dengan pendekatan dialog, termasuk dalam isu Myanmar yang juga akan menjadi salah satu poin pembahasan para pemimpin ASEAN pada KTT ke-42 ini.
RUANGPOLITIK.COM —Presiden Joko Widodo berbicara mengenai tantangan dalam menavigasi ASEAN di masa mendatang, di tengah berbagai kekuatan-kekuatan besar.
Presiden Jokowi pun menegaskan bahwa ASEAN tidak boleh menjadi proksi bagi negara atau pihak mana pun.
“Prinsip Indonesia di keketuaan ASEAN adalah kolaborasi dan kerja sama dengan siapa pun. Dan kita tidak ingin ASEAN menjadi proksi siapa pun, proksi negara mana pun,” ujar Presiden dalam keterangannya kepada awak media di Bandara Internasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, kemarin.
Presiden Jokowi menegaskan ASEAN harus tetap terbuka dan bisa bekerja sama dengan negara mana pun. Dengan demikian, setiap masalah bisa diselesaikan dengan pendekatan dialog, termasuk dalam isu Myanmar yang juga akan menjadi salah satu poin pembahasan para pemimpin ASEAN pada KTT ke-42 ini.
“Iya, secara khusus akan dibahas. Tapi, acuan kita tetap untuk Myanmar, acuan kita tetap ‘5 Point of Consensus’. Itu tetap menjadi acuan, tetapi harus dengan dialog. Karena menurut saya sanksi itu bukan sebuah solusi,” tegasnya.
Presiden Jokowi pun berharap agar konflik di Myanmar dapat segera diselesaikan. Menurut Presiden, setidaknya ada tiga hal yang ditekankan terkait isu Myanmar. Mulai dari penghentian kekerasan hingga mendorong peran aktif dari Myanmar dalam dialog-dialog.
“Pertama, kekerasan harus dihentikan, segera dihentikan. Yang kedua, bantuan kemanusiaan harus sampai ke rakyat di Myanmar. Yang ketiga, dialog–ini yang penting–yang ingin kita yang aktif tidak hanya di sini, tetapi juga di Myanmar sendiri juga harus aktif untuk berperan dalam dialog-dialog yang ingin kita lakukan,” tutur dia.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)