Hidangan itu disajikan bersama singkong dan kentang kukus tumbuk yang disempurnakan dengan wortel muda, ditambah sambal Likupang yang dihias dengan asparagus dalam kuah kunyit khas Bali dan bubur terong balado. Sajian itu pastinya sukses memuaskan lidah para delegasi
RUANGPOLITIK.COM —Kuliner khas nusantara ini mungkin disukai sebagian besar masyarakat Indonesia, dan mungkin dunia. Pernah dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia, rendang menjadi sajian yang selalu jadi pilihan untuk lauk santapan.
Rendang pun menjadi salah satu olahan yang disajikan untuk menu utama Gala Dinner KTT G20 lalu. Menu khas nusantara itu berupa rendang wagyu yang merupakan perpaduan dari daging sapi wagyu has dalam dari Lampung dengan bumbu rendang khas Sumatera Barat.
Hidangan itu disajikan bersama singkong dan kentang kukus tumbuk yang disempurnakan dengan wortel muda, ditambah sambal Likupang yang dihias dengan asparagus dalam kuah kunyit khas Bali dan bubur terong balado. Sajian itu pastinya sukses memuaskan lidah para delegasi.
Bicara soal rendang, makanan ini memang cukup tersohor di kancah dunia. Tak hanya rasanya yang menarik, rendang memiliki sejumlah fakta menarik juga.
Sejarah Rendang
Rendang merupakan masakan tradisional dari daerah Minangkabau yang ditemukan pada awal abad ke-19. Gusti Anan, seorang sejarawan di Universitas Andalas di Padang berpendapat bahwa rendang muncul ketika orang Minangkabau sering bepergian ke Singapura melalui Selat Malaka.
Perjalanan mereka membutuhkan waktu yang lama dengan perjalanan lewat air hingga satu bulan lamanya. Dikarenakan tidak ada desa di sepanjang jalan, para pengembara ini menyiapkan makanan yang awet, dan makanan itu adalah rendang.
Rendang sendiri berasal dari kata “merandang” yang berarti santan yang direbus hingga perlahan mengering. Ini cocok dengan rendang yang membutuhkan waktu sangat lama untuk memasak hingga kuahnya kering.
Sejarah Rendang juga tidak terlepas dari kedatangan bangsa Arab dan India di pesisir barat Sumatera. Diyakini bahwa pada abad ke-14, banyak orang India yang tinggal di daerah Minang dan orang-orang ini memperkenalkan bumbu dan rempah-rempah.
Ada juga yang mengklaim bahwa hidangan gulai yang menjadi makanan khas India dan diperkenalkan ke wilayah Minang pada abad ke-15 menjadi bahan dasar dari rendang itu sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan karena pada saat itu ada perjanjian dagang dengan India.
Pewaris tahta kerajaan Paguruyung itu juga mengemukakan kemungkinan rendang adalah olahan gulai lainnya. Bedanya, rendang memiliki karakteristik yang lebih kering sehingga memiliki umur simpan yang jauh lebih lama dibandingkan kari.
Filosofi Rendang
Kuliner ini memiliki filosofi yang mendalam berdasarkan bahan yang digunakan. Daging yang digunakan melambangkan tokoh adat. Kokosa (santan) melambangkan kaum intelektual, cabai melambangkan ulama yang tegas mengajarkan ilmu agama dan rempah-rempah seperti (kapulaga,bawang putih, cabai merah, jahe lengkuas dan lain-lain) melambangkan seluruh masyarakat Minangkabau.
Disuguhkan untuk kaum bangsawan
Mulanya menu rendang ini biasanya hanya disuguhkan kepada para bangsawan, terutama saat perjalanan jauh. Selain itu, karena bahan bakunya cukup mahal, dengan menggunakan daging seperti daging kambing dan kerbau serta kelapa tua yang berkualitas baik.
Kuliner yang tahan lama
Rendang disebut bisa tahan 3-4 minggu di suhu ruangan. Bahkan masakan ini bisa bertahan hingga tiga bulan jika proses pemasakan dan penyimpanannya benar-benar baik berkat bumbu yang mengandung pengawet alami. Proses memasaknya sendiri memerlukan waktu 7-8 jam.
Rendang berasal dari wilayah pegunungan
Rendang ini berasal dari daerah pegunungan Sumatera Barat seperti Pariangan dan Padang. Dari wilayah pegunungan makanan rendang ini akhirnya menyebar ke seluruh wilayah Indonesia.
Sampai saat ini, rendang masih menjadi kuliner yang disukai oleh banyak orang, termasuk warga asing. Rendang juga ternyata seringkali menjadi sarana diplomasi kuliner.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)