RUANGPOLITIK.COM — Mencuatnya nama Agus Harimurti Yudhoyo (AHY) sebagai kandidat terkuat sebagai cawapres 2024 mendampingi Anies Baswedan, dianggap menjadi blunder bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Karena dampak terburuknya akan merendahnya elektoral suara PKS dan beralih ke Demokrat. Ini karena duet Anies-AHY menjadi bumerang bagi PKS yang akan membuat anjloknya suara pemilih. Hal ini yang membuat PKS belum meberikan kepastian terkait deklarasi pada 10 November 2022.
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai PKS belum sepakat tanggal deklarasi karena menyadari posisi cawapres pendamping Anies Baswedan.
“Pasti urusan cawapres yang belum clear. Bukan soal hal normatif seperti platform dan sejenisnya itu. PKS sepertinya mulai sadar bahwa sulit mendapat insentif elektoral jika tak bisa bargaining soal posisi cawapres,” kata Adi kepada wartawan, Jumat (28/10) kemarin.
Adi menilai suara pendukung Anies awalnya di PKS berlabuh ke NasDem, karena NasDem yang deklarasi Anies sebagai capres. Jika posisi cawapres dipegang Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhyono (AHY), maka PKS bisa dikatakan tidak dapat efek apa-apa jika mendukung pasangan tersebut.
“Setelah Anies dideklarasikan NasDem, pemilih Anies yang selama ini ke PKS mulai hijrah ke NasDem. Jika wapres Anies adalah AHY, Demokrat yang dapat cottail effect. Sekali lagi, PKS tak dapat apapun. Ini yang sepertinya membuat PKS belum sepakat deklarasi 10 November,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Adi menilai PKS perlahan mulai sadar bahwa politik bukan sekadar modal ikhlas, namun soal untung rugi. PKS dinilai cukup sadar suara pendukung Anies yang selama ini mereka dapat berpindah.
“Dulu mungkin PKS yakin siapapun yang deklarasikan Anies maju, automaticly pemilih Anies ke PKS. Nyatanya salah fatal. Malah pemilih PKS perlahan berkurang,” ucapnya.
Adi juga menilai kemungkinan PKS mulai sadar bahwa selama ini dianggap partai yang mudah dikondisikan setia usung Anies meski Anies dipinang partai lain. PKS terlihat tak ngotot apapun dan selalu berharap limpahan pemilih Anies ke PKS, tapi faktanya bicara lain.
“Bukannya untung PKS malah bisa buntung tak dapat apapun. Sepertinya ini yang menjelaskan mengapa PKS belum clear soal deklarasi 10 November. PKS sedang berpikir keras bagaimana dapat berkah elektoral di 2024 setelah pemilih Anies berpaling dari PKS. Tak heran kalau PKS ngotot Aher sebagai cawapres agar pks dapat efek ekor jas dan pemilih PKS tak bedol desa terpincut partai pengusung Anies,” imbuhnya.
Juru bicara PKS Muhammad Kholid sebelumnya menyatakan partainya belum menyepakati deklarasi koalisi bersama Partai NasDem dan Demokrat pada 10 November 2022. Dia mengatakan DPP PKS harus menunggu keputusan Majelis Syura terlebih dulu.
Editor: Ivo Yasmiati