RUANGPOLITIK.COM-Beberapa lembaga survei merilis elektabilitas partai politik menuju Pemilu 2024. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengalami penurunan elektabilitas yang cukup drastis, bahkan berada di bawah ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Lembaga Parameter Politik Indonesia (PPI) yang merilis hasil survei pada pekan lalu, mencatat elektabilitas PPP hanya sebesar 2,9 persen.
Sebelumnya, lembaga Charta Politika juga mengeluarkan rilis capaian elektabilitas PPP hanya berada pada angka 2,7 persen.
Pengamat Politik dari Citra Institute Efriza, hasil survei PPP itu membuatnya akan kesulitan untuk lolos ke parlemen pada Pemilu 2024 mendatang.
Berita Terkait:
Index Research: Prabowo-Puan, Potensi Besar Menang Pilpres 2024
Paket Prabowo-Cak Imin Hampir Final, Peluangnya?
Bukan Cak Imin, Gerindra dan PKB Sepakati Prabowo Capres 2024
Survei PWS Tempatkan Prabowo Subianto Menteri Berkinerja Terbaik
Karena dari pantauan Citra Institute, tidak ada pergerakan yang signifikan dari PPP dan Ketua Umum (Ketum) Suharso Monoarfa untuk menarik perhatian para pemilih.
“Butuh keajaiban untuk PPP bisa lolos ke parlemen, apalagi tidak ada pergerakan yang terlihat. PPP dan Suharso Monoarfa seperti tenggelam dari hiruk pikuk politik nasional,” ujarnya ketika berbincang dengan RuPol, Jumat (15/7/2022).
Kecuali bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), menurut Efriza tidak ada lagi pergerakan politik yang melibatkan PPP.
Suharso, lanjutnya tidak memiliki strategi yang jelas dalam membuat PPP untuk menjadi perhatian pemilih.
“Di antara para ketum parpol lain, jelas Suharso Monoarfa yang kemampuan manuver politiknya paling rendah. Apalagi kalau kita sandingkan dengan Cak Imin, Suharso kalah jauh. Begitu juga dengan elit-elit PPP lainnya, tidak ada yang menonjol. Mungkin karena kepemimpinannya seperti itu kali ya?” lanjut Efriza.
Efriza juga melihat konsolidasi ke daerah-daerah juga tidak terbangun dengan baik. Terbukti dengan banyaknya suara-suara kekecewaan dari pengurus partai di daerah, yang bahkan berujung dengan aksi demo.
Suharso Harus Fokus Urus Partai
Sebagai salah satu partai yang tersisa dari zaman Orde Baru yang merupakan fusi dari berbagai partai Islam, Efriza sangat menyayangkan jika PPP tenggelam pada Pemilu 2024 mendatang.
“Hasil Pemilu 2019 lalu, PPP sudah pada posisi yang memprihatinkan. Capaian suaranya hanya sedikit di atas 4 persen, kursi parlemen cuma 19 kursi. Harusnya PPP dan Suharso bekerja keras pada periode ini agar PPP bisa naik capaiannya dan bertahan di parlemen,” papar Dosen Ilmu Politik di berbagai perguruan tinggi tersebut.
Upaya penyelamatan PPP ini, kata Efriza membutuhkan kerja keras dan keseriusan dari Suharso sebagai ketua umum.
Sebagai pemegang kebijakan tertinggi di PPP, Suharso sudah harus mengeluarkan langkah-langkah yang terukur dan tepat.
“Mungkin harus mundur dari menteri dan fokus hanya urus partai. Atau sebaliknya, fokus jadi menteri dan mundur dari Ketum PPP. Tapi saya tidak yakin dia akan mau, keduanya sama-sama enak dan nyaman. Hehe…” gelak Efriza.
Tapi setidaknya, lanjut Efriza, Suharso harus memanfaatkan waktu yang tersisa ini untuk keliling Indonesia buat konsolidasi partai.
Harus kembali dibangkitkan semangat para pengurus dan kader di daerah, agar rasa memiliki PPP itu kembali hadir.
“Tidak hanya itu, PPP juga harus terlihat aktif dalam melakukan komunikasi-komunikasi politik, baik antar parpol maupun dengan para capres yang saat ini sedang menghangat. Dengan sendirinya nama PPP akan kembali muncul, tidak tenggelam seperti sekarang,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Zulfa Simatur
(RuPol)