RUANGPOLITIK.COM – Masalah kemanusiaan, koeksistensi, perdamaian, dan menjaga lingkungan hidup diserukan oleh Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf. Gus Yahya panggilan akrabnya, menyerukan hal tersebut pada para pemuka agama di dunia.
Dia mengatakan, masalah-masalah ini menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda-agenda strategis mereka.
“Menjaga lingkungan, melestarikan bumi sebagai rumah besar umat manusia, adalah kewajiban besar yang harus diemban dan dijalankan oleh seluruh umat beragama. Para pemuka agama harus memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ini,” kata Gus Yahyadalam pidatonya pada Global Faith Summit on Climate Action, atau Konferensi Internasional Para Pemuka Agama untuk Perubahan Iklim, di Abu Dhabi, UEA
Dia mengatakan, secara prinsip, keberadaan manusia di dunia adalah mengemban tanggung jawab atas bumi itu sendiri. Di manan manusia diberi kesempatan dan didorong untuk hidup serta berkembang dengan dipenuhi segala kebutuhannya.
Dalam konfernsi yang diadakan 6-7 November 2023 tersebut, Gus Yahya menambahkan, manusia juga memiliki amanah dan tanggung jawab untuk merawat jagat. Dalam arti kata yang lebih lugas, keberadaan manusia di muka bumi ini mengemban tanggung jawab atas nama Tuhan untuk menjaga dan memakmurkannya.
“Berbagai macam kerusakan yang terjadi di muka bumi yang dibuat oleh manusia pada saat ini, merupakan konsekuensi dari kelalaian manusia atas jati diri mereka dan ketiadaan pengembanan dan penunaian amat Allah sebagai khalifahnya di muka bumi. Kelalaian tersebut mengkonsekwensikan tindakan-tindakan manusia untuk berebut penguasaan atas sumerdaya-sumberdaya alam, antara satu sama lain,” kata Gus Yahya.
Ditambahkannya, semakin umat manusia ini terpecah-belah dan saling bertentangan, berkonflik satu sama lain, semakin semena-mena mereka dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang telah dikuasainya. Dinamika konflik, pertentangan dan pertarungan inilah yang meniscayakan terciptanya kerusakan-kerusakan di muka bumi ini.
“Upaya pemeliharaan atas kesentosaan bumi dan alam ini mensyaratkan dua hal penting. Pertama, harmoni dalam hubungan dan pergulatan antar umat manusia. Kedua, distribusi sumberdaya-sumberdaya alam dengan mengedepankan rahmah (kasih sayang) dan ‘adâlah (keadilan),” ujar Gus Yahya.
“Ini mutlak diperlukan untuk menghilangkan saling curiga dan permusuhan, untuk kemudian menjadi pijakan dalam membangun harmoni kehidupan antar umat manusia,” tambahnya.
Di tengah masalah-masalah lingkungan hidup yang merundung bumi dan umat manusia pada hari ini, pilihan-pilihan strategi untuk mengatasi dan menyelesaikannya harus pula mengedepankan rahmah dan ‘adâlah.
Jangan sampai dipilih satu strategi saja yang mungkin secara logis dapat mencegah kerusakan bumi lebih lanjut yang lebih parah, dan atau memperbaiki kerusakan yang ada tetapi pada saat yang sama merugikan satu pihak di antara masyarakat umat manusia.
Ditegaskan pula oleh Gus Yahya, bahwa strategi yang hendak dibangun dalam rangka penyelesaian masalah-masalah lingkungan itu, harus pula mempertimbangkan dampak-dampak kemanusiaannya secara komprehensif.
“Apabila harus ada satu pihak yg mungkin dirugikan akibat pilihan strategi yang diambil, maka harus disediakan pula insentif dan inisiatif yang adil bagi pihak tersebut, dan disediakan pula strategi yang workable dan delivered untuk mempersiapkan dan membantu kelompok yang dirugikan, agar dapat beradaptasi, sehingga tetap terpelihara kesentosaanya,” imbuhnya.
Editro: M. R. Oktavia
(Rupol)